The Power of Istighfar

Oleh : Syaiful Anshor

Pagi ini saya melihat tadabbur ayat Al-Quran yang disampaikan gurunda, ustaz Bachtiar Nashir. Tadabbur ini disiarkan oleh stasiun TV Saling Sapa. Temanya tentang istighfar. Dampak istighfar, kata ustaz Bachtiar sangat luar biasa.

Ketika Hasan Al Bashri ditanya oleh tiga orang dengan berbagai macam masalah hidup, jawabannya cuma satu: istighfar. Masalah tidak punya anak (mandul), istighfar. Masalah kemarau dan kekeringan, istighfar. Masalah ekonomi atau gagal karier, istighfar.

Hampir semua problem hidup solusinya istighfar. Bukan ustaz Bachtiar Nashir kalau tidak mengaitkan materi ceramahnya dengan ekonomi, dan politik. Bangsa yang tidak mau beristighfar ekonominya akan sulit. Para politisi yang tidak beristighfar kondisi politiknya tidak akan stabil.

Istighfar itu menentramkan. Bersebab dia mengakui segala kesalahan dan meminta agar Allah mengampuni dosa-dosa yang dilakukan. Bukan sekadar istighfar, tetapi juga berusaha menjadi orang baik yang tidak mengulangi kesalahan.

Karena itu, istighfar bukan lip service. Tapi dijiwai, dirasakan, dan diamalkan. Baru ampunan Allah dan pertolongan-Nya datang. Proses mengakui kesalahan dengan ekspresi verbalistik istighfar ini cara menjernihkan dan mensucikan hati.

Sebaliknya, orang yang tidak beristighfar, hidupnya tidak akan tentram dan tenang. Sebab, hatinya kotor dan terhalang cahaya Ilahi. Hatinya pasti selalu diliputi gundah gulana, dan kegersangan jiwa. Kenapa?  Karena dia menikmati dosa dan kesalahan yang dilakukan.

Syaiful Anshor, Penulis Buku, tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur
Powered by Blogger.
close