Tak Ada Jalan untuk Memutar
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Waktu tak dapat kita putar kembali. Apa yang sudah berlalu, tidak dapat kita jalani lagi, tidak terkecuali tugas kita sebagai orangtua. Ada saat-saat berharga untuk anak kita yang sekali terlepas, tak dapat kita rebut kembali. Maka jagalah dan manfaatkan saat berharga yang masih ada.
Tak ada pilihan bagi kita kecuali bergerak ke masa depan. Tak ada jalan untuk kembali ke masa lalu. Kita dapat menengok waktu-waktu yang terlewat, mengingati kesalahan serta kecerobohan kita dalam urusan mendidik anak seraya berusaha berbenah dan berdo'a semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kesalahan kita, memperbaiki kesalahan kita dan baguskan anak kita.
Kita tidak punya jalan memutar ke masa silam. Kita hanya dapat mendo'akan mereka, menginsyafi kesalahan kita dan mengajak mereka untuk dapat mengambil pelajaran bagi langkah mereka ke depan. Sulitnya melangkah dengan benar memang kerap bermula dari miskinnya contoh. Tetapi memiliki figur nyata yang nyaris sempurna bukan berarti bekal memadai untuk kelak menjadi orangtua yang baik jika mereka tak mengambil pelajaran. Karena itu, kita bukan hanya perlu berbenah. Kita juga perlu mengingatkan mereka agar berbekal dan belajar untuk kelak dapat menunaikan tugas sebagai orangtua, lebih baik daripada orangtua mereka.
Selebihnya, di sisa perjalanan hidup kita sebelum kembali menghadap Allah 'Azza wa Jalla, ada yang perlu kita perbaiki. Kita berupaya untuk berbenah dengan terus belajar menjadi orangtua. Kita juga mencari jalan untuk meraih pertolongan Allah Ta'ala agar anak-anak kita dibaikkan.
Isti'anah. Berupaya meraih pertolongan Allah 'Azza wa Jalla dalam tugas kita sebagai orangtua inilah yang tidak boleh kita abaikan. Bukankah bekalan awal menjadi orangtua justru rasa takut (khasy-yah)? Tengok kembali QS. An-Nisaa' ayat 9. Rasa takut. Bukan percaya diri.
Mohammad Fauzil Adhim, Motivator dan Penulis Buku
https://facebook.com/story.php?story_fbid=2331443000238148&id=183316298384173
Waktu tak dapat kita putar kembali. Apa yang sudah berlalu, tidak dapat kita jalani lagi, tidak terkecuali tugas kita sebagai orangtua. Ada saat-saat berharga untuk anak kita yang sekali terlepas, tak dapat kita rebut kembali. Maka jagalah dan manfaatkan saat berharga yang masih ada.
Tak ada pilihan bagi kita kecuali bergerak ke masa depan. Tak ada jalan untuk kembali ke masa lalu. Kita dapat menengok waktu-waktu yang terlewat, mengingati kesalahan serta kecerobohan kita dalam urusan mendidik anak seraya berusaha berbenah dan berdo'a semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kesalahan kita, memperbaiki kesalahan kita dan baguskan anak kita.
Kita tidak punya jalan memutar ke masa silam. Kita hanya dapat mendo'akan mereka, menginsyafi kesalahan kita dan mengajak mereka untuk dapat mengambil pelajaran bagi langkah mereka ke depan. Sulitnya melangkah dengan benar memang kerap bermula dari miskinnya contoh. Tetapi memiliki figur nyata yang nyaris sempurna bukan berarti bekal memadai untuk kelak menjadi orangtua yang baik jika mereka tak mengambil pelajaran. Karena itu, kita bukan hanya perlu berbenah. Kita juga perlu mengingatkan mereka agar berbekal dan belajar untuk kelak dapat menunaikan tugas sebagai orangtua, lebih baik daripada orangtua mereka.
Selebihnya, di sisa perjalanan hidup kita sebelum kembali menghadap Allah 'Azza wa Jalla, ada yang perlu kita perbaiki. Kita berupaya untuk berbenah dengan terus belajar menjadi orangtua. Kita juga mencari jalan untuk meraih pertolongan Allah Ta'ala agar anak-anak kita dibaikkan.
Isti'anah. Berupaya meraih pertolongan Allah 'Azza wa Jalla dalam tugas kita sebagai orangtua inilah yang tidak boleh kita abaikan. Bukankah bekalan awal menjadi orangtua justru rasa takut (khasy-yah)? Tengok kembali QS. An-Nisaa' ayat 9. Rasa takut. Bukan percaya diri.
Mohammad Fauzil Adhim, Motivator dan Penulis Buku
https://facebook.com/story.php?story_fbid=2331443000238148&id=183316298384173
Post a Comment