Makanlah Kambing yang Berlemak


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Kambing. Inilah hewan yang dibarakahi. Meskipun warnanya rata-rata tidak hitam, tetapi hewan yang berlimpah manfaat ini sering dikambinghitamkan sebagai sumber penyakit. Padahal tidak mungkin Allah ‘Azza wa Jalla syari’atkan menyembelih kambing untuk dinikmati, saat ‘aqiqah maupun qurban, kecuali ada kebaikan di dalamnya. Tidak mungkin syari’at merusak dan membinasakan karena salah satu tujuan syari’at adalah menjaga kehidupan.

Betapa banyak yang menisbahkan kesalahan kepada kambing atas penyakit yang dideritanya, padahal sangat jarang ia memakan kambing. Hanya sebulan sekali. Tetapi kesalahan dialamatkan kepada yang jarang bertemu, bukan yang akrab dengannya setiap hari. Belum lagi jika ditelusur lebih jauh tentang bagaimana ia memasaknya. Hanya dikukus tanpa dibumbui macam-macam, kambing sangat bermanfaat. Jika ia dibumbui dengan bahan-bahan yang tepat, akan menambah kebaikannya. Tetapi jika ia dimasak dengan cara yang salah, maka masakan itulah yang dapat menyebabkan masalah, dengan atau tanpa kambing.

Perihal barakah kambing, Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتخذوا الغنم فإن فيها بركة

“Peliharalah (manfaatkan) oleh kalian kambing karena di dalamnya terdapat barakah.” (HR Ahmad).

Barakah berarti mendatangkan kebaikan. Ia tidak merusak kesehatan, bahkan sangat baik, kecuali jika kita salah dalam memberi perlakuan. Andaikata kita hanya memasaknya secara sederhana, semisal menjadikannya sebagai maraq atau dikukus begitu saja, maka pasti baik bagi kita. Atau kita dapat memberinya bumbu yang baik bagi tubuh kita.

Di antara kebaikan kambing yang penuh manfaat adalah lemak di bagian ekor. Ini berlaku untuk kambing jenis domba dari pedalaman Arab yang biasanya dipelihara orang-orang Badui. Hal ini sangat erat kaitannya dengan asupan dan lingkungan dimana kambing itu dipiara.

Dari Anas bin Malik radhiyaLlahu ‘anhu. Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

شفاء عرق النسا ألية شاة أعرابية تذاب ثم تجزأ ثلاثة أجزاء ثم يشرب على الريق في كل يوم جزء

“Obat ‘irqun nasaa adalah (lemak) ekor domba pedalaman (dari Arab), kemudian ditumbuk dan direbus, dicairkan, kemudian dibagi menjadi 3 bagian. Setiap bagian diminum pagi, siang, dan sore (saat perut masih kosong).” (HR. Ibnu Majah).

Ada berbagai hal lagi yang menarik untuk kita perbincangkan. Yang sedikit ini semoga bermanfaat dan meneguhkan hati agar tidak ragu dalam menikmati sajian dari hewan yang dibarakahi sekaligus menjadi bagian dari penunaian syari’at, baik dalam qurban maupun –lebih-lebih lagi—aqiqah. Yang penting masakannya pas, semisal tidak dibakar dengan cara yang menjadikan dagingnya terkena api secara langsung, tidak pula menggunakan santan yang dipanasi berulang-ulang. Bisa dimasak maqlubah khas negeri Syam, khususnya Palestina, bisa juga Pulao atau yang lainnya.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Motivator
Foto google
Powered by Blogger.
close