Menabung Racun Pernikahan


Oleh : Cahyadi Takariawan

“Saya dan istri biasa saling mengejek dan membully. Kami jadikan ejekan dan bullyan sebagai candaan di antara kami. Makanya kami tidak tersinggung mendapat ejekan dan bullyan setiap hari, karena kami mengetahui itu hanyalah candaan di antara kami”, ujar seorang suami.

“Saya tidak marah kalau diejek suami, sebagaimana suami saya tidak marah ketika saya mengejeknya. Ejekan di antara kami adalah candaan sehari-hari”, tambah sang istri, membenarkan penjelasan suami.

Benarkah ejekan dan bullyan di antara suami dan istri tidak menimbulkan masalah? Bisakah ejekan dan bullyan dianggap hanya sebagai canda tawa yang menghibur di antara mereka berdua? Mari kita cermati fenomena “banjir bully” dan “banjir ejekan” antara suami dan istri.

Mengapa pasangan suami istri tersebut tidak saling tersinggung saat mereka bercanda dengan saling mengejek dan saling membully? Ada dua jawaban untuk menjelaskan kondisi ini.

Pertama, karena mereka sama-sama mengerti bahwa itu tidak serius dan hanya bercanda. Oleh karena cuma bercanda, maka tak perlu tersinggung jika mendapat ejekan dan bullyan.

Kedua, karena saat mereka saling mengejek dan saling membully itu, suasana kejiwaan mereka tengah berada dalam “good mood” alias mood yang baik.

Persoalannya adalah, situasi dan kondisi kehidupan suami istri selalu dinamis, tidak pernah tetap. Ada kalanya mereka berdua terlibat dalam perseteruan yang sangat ‘ganas’. Suasana hubungan mereka menjadi sensitif. Semua pembicaraan menjadi tidak nyambung bahkan memicu emosi serta kemarahan.

Kejiwaan mereka berubah menjadi bad mood. Di titik inilah semua menjadi masalah, termasuk ejekan dan bullyan yang telah mereka biasa lakukan di masa lalu.

Maka pada dasarnya, perilaku saling ejek dan saling bully adalah menabung racun pernikahan. Suatu saat bisa berubah menjadi masalah besar di antara mereka berdua.

Jadi ---demi kebaikan keluarga anda---- jangan gemar menabung racun. Simak ulasan saya "Detox Your Marriage" di Kompasiana. Buka www.kompasiana.com/pakcah.

Cahyadi Takariawan, Penulis Buku dan Motivator
Powered by Blogger.
close