Menikah untuk Melahirkan Anak yang Dibanggakan Rasul


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Menikah itu sunnah Nabi. Tetapi serius nggak sih kita ini menikah untuk memuliakan sunnah? Apa konsekuensinya?

Mari kita perhatikan sabda Nabi ‘alaihi wa sallam:

اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي، وَتَزَوَّجُوْا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ، وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ.

“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari berbagai syahwat).” (HR. Ibnu Majah).

Maka ada beberapa pertanyaan, benarkah kita menikah sungguh-sungguh untuk memuliakan sunnah? Jika benar, maka seharusnya berbagai hal yang mendahului, menyertai dan mengikuti di belakangnya kita arahkan sesuai sunnah, dan kita niatkan untuk mengikuti sunnah. Satu tindakan yang sama, bisa bermacam-macam niat yang menggerakkannya dan karena itu yang ditegakkan pun berbeda. Melakukan kebaikan itu berbeda dengan menegakkan kebaikan.

Jika benar kita menikah dalam rangka memuliakan sunnah, maka pesan eksplisit yang ada dalam hadis ini ialah berbanyak anak. Semenjak awal suami istri memang telah meniatkan diri untuk berbanyak anak dalam rangka memuliakan sunnah. Artinya bukan sekedar banyak anak karena tak mampu mengendalikan diri, tetapi sungguh-sungguh berusaha melahirkan anak-anak yang dapat dibanggakan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, yakni anak-anak dengan kualifikasi iman yang baik; kualifikasi yang dapat dibanggakan di Yaumil Qiyamah. Dan ini menuntut kita untuk mendidik mereka sesuai tuntunan sunnah, memilihkan ibu buat anak-anak kita juga sesuai sunnah.

Apa yang perlu diperhatikan? Insya Allah kita sambung lain waktu.


Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Motivator
Powered by Blogger.
close