Pertarungan Hati
Oleh : Sofie Beatrix
Bukankah sebenarnya begitu sering kita mengalami hal yang sama dengan beliau? Sebuah pertarungan hati.
Pedang Ali bin Abi Thalib hampir saja menghabisi lawan, namun ketika lelaki itu meludah ke arah wajahnya, Ali mengurungkan niat untuk membunuh musuhnya. Tangannya berhenti mengayunkan pedang. Lalu si musuh bertanya kepadanya, “Wahai Ali, mengapa engkau tidak jadi memenggalku?”.
Ali pun menjawab, “Ketika aku menjatuhkanmu, aku ingin membunuhmu karena Allah swt. Akan tetapi ketika engkau meludahiku, maka niatku membunuhmu karena marahku kepadamu.”
Cerita ini menjadi sangat terkenal. Buat saya maknanya sangat dalam. Tak bisa dibayangkan, rasa yang berkecamuk dalam dada. Emosi ingin membunuh karena hinaan dan berada di posisi berkuasa untuk melakukannya sangat mudah bagi Ali untuk memutuskan mengayunkan pedang menebas leher sang musuh.
Marah karena diludahi, itu sangat manusiawi. Siapa pun pasti marah bila wajahnya diludahi.
Namun dalam hitungan detik, Ali memutuskan hal yang berbeda. Ia menahan diri dan meluruskan niat. Butuh hati yang kuat untuk itu. Kesabaran, ketenangannya, memunculkan kejernihan untuk dapat memilih, mana sesungguhnya jalan kemuliaan dan mana jalan kehinaan.
Pikiran saya melayang
Bukankah sebenarnya begitu sering kita mengalami hal yang sama dengan beliau? Sebuah pertarungan hati.
Yah… seringkali dalam kehidupan kita sudah menetapkan untuk memilih tujuan yang lurus dan suci, namun nafsu dan bisikan setan menebarkan serpihan keburukan ditengah jalan yang dilalui suara hati berisikan nilai-nilai Illahiah.
Tugas kita adalah menjaga hati dan menyingkirkan serpihan keburukan dari jalan menuju tujuan. Kemarahan, kebencian, rasa iri, ujub dan maksiat-maksiat kecil adalah wujud serpihan nafsu yang dihembuskan pada hati.
Tak banyak orang mampu memenangkan pertarungan dalam dirinya, yang semata awalnya bertujuan meraih ridho Ilahi pada akhirnya tak sampai di penghujung. Kesabaran, ketenangan pada hati yang jernih adalah kunci mengendalikan diri.
Walaupun kita memang bukan malaikat, tetapi menjaga tujuan baik agar tak ternoda adalah sebuah ikhtiar. Tak lupa tentunya disertai doa-doa yang dipanjatkan, agar Allah memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang terjaga hingga akhir perjalanan.
Sumber : www.jamilazzaini.com
Post a Comment