Teguh Komitmen dan Menempa Diri
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
Tidak. Kejayaan itu diraih bukan karena ayahnya memiliki mimpi sehingga anaknya dapat membebaskan Konstantinopel. Tidak sesederhana itu. Jauh sebelumnya, melintasi beberapa generasi dan memerlukan waktu lebih dari dua abad, seorang bernama Ertugrul berusaha agar diri dan pasukannya menjadi yang disebut dalam hadis “sebagai sebaik-baik panglima dan sebaik-baik pasukan”. Sebutan itu disematkan kepada panglima dan pasukan pembebas Konstantinopel.
Maka mulai hari itu, Ertugrul berusaha hidup sesuai dengan yang digariskan oleh Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan hingga urusan makan pun berusaha agar bersesuaian. Demikian pula pasukannya. Ada upaya untuk menegakkan komitmen kepada tuntunan serta I’dad yang tak putus-putus agar dapat menjadi sebaik-baik panglima, sebaik-baik pasukan yang membebaskan Konstantinopel.
Berhasil? Tidak. Saat itu yang tampak oleh mata tidak berhasil. Tetapi ia berhasil mewariskan, menanamkan tekad membaja, menempa dan melatih anaknya yang kemudian mendirikan cikal bakal Dinasti Usmani (Ottoman Caliphate). Berlanjut ke generasi berikutnya dan berikutnya lagi hingga beberapa generasi sesudahnya, niat yang jujur (shidqun niyah) itu tetap tidak mencapai apa yang ditekadkan. Lebih dari 240 tahun kemudian barulah Muhammad Al-Fatih yang Allah Ta’ala takdirkan memegang panji kemenangan.
Apa yang penting? Tetapnya tekad. Apa yang pentingnya? Teguhnya komitmen dan penempaan diri untuk terus-menerus berlatih seraya memohon pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak berputus asa terhadap setiap kesulitan.
Ini penting kita ingat agar kita tidak bermudah-mudah menyederhanakan seremeh “if you dream it, you will get it”.
Post a Comment