Uang “Haram” Membuat Hidup “Karam”

Oleh : Jamil Azzaini

Sahabat saya yang bekerja disalah satu perusahaan ternama bercerita kepada saya. Ceritanya menarik dan inspiratif sehingga layak untuk bisa dijadikan pelajaran untuk disebarluaskan.

Bekerja di perusahaan ternama dengan gaji tinggi tentu merupakan salah satu kebahagiaan, begitu juga yang dirasakan sahabat saya ini. Bahkan dia sempat membanggakan diri “orang desa, gaji kota dan semuanya sudah terjamin, tidak perlu ada yang ditakutkan. Saya akan semakin kaya karena gaji besar, semua sudah diasuransikan dengan klaim tanpa batas, dijamin perusahaan. Penghasilan saya semakin besar bila cerdas dan tahu rahasianya.”

Rasa bangga yang berlebihan akhirnya menjelma menjadi kesombongan. Penghasilan yang halal atau haram pun tidak ia pedulikan, yang penting saldo tabungan selalu bertambah. Ia pun merasa tidak terlalu bergantung kepada Sang Pemilik Rezeki.

Seiring berjalannya waktu, Allah swt mengirim “pesan cintanya” kepada sahabat saya. Istrinya jatuh sakit dan mengharuskan dirawat di rumah sakit. Dan ternyata, penyakit yang di derita istri tidak dicover oleh asuransi, penyakit langka. Padahal biaya yang harus dikeluarkan ratusan juta rupiah. Uang yang ditabung sekian lama pun ludes tanpa sisa.
Setiap sahabat saya mempunyai tabungan yang cukup, sang istri masuk rumah sakit dengan biaya ratusan juta rupiah. Dan kejadian itu berulang beberapa kali.

Saat istri tidak memerlukan dana untuk biaya pengobatan, sahabat saya menggunakan dana tabungannya untuk modal berbisnis bersama temannya. Apa yang kemudian terjadi? Teman yang dipercaya dan menjadi mitra bisnisnya ternyata menipu dan membawa lari uang sahabat saya ini.

Sahabat saya ini mendapat pelajaran berharga yang disampaikan kepada saya “uang haram dan kesombongan akan membuat hidup kita karam dan berantakan.” Naudzubillah min dzalik. Kini, sahabat saya ini meninggalkan profesi yang ditekuninya, memulai profesi baru yang jauh dari uang “haram” dan memicu kesombongan.

Sahabat saya menyampaikan kepada saya, “penghasilan saya saat ini memang tidak sebesar dulu, tapi prospek ke depannya jauh lebih besar. Dan yang lebih penting, hidup saya menjadi lebih tenang dan seimbang.”

Meski cerita ini pengalaman pribadi sahabat saya, semoga menginspirasi dan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.

Jamil Azzaini, Motivator dan Penulis Buku
Powered by Blogger.
close