Para Pencinta Al Qur’an
Oleh : Drs. Slamet Waltoyo
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengisyaratkan bahwa di dunia ini ada keluarga Al Qur’an, ada sahabat Al Qur’an.
Merekalah para pecinta Al Qur’an. Sebagai tanda cinta, mereka tidak pisah
dengan Al Qur’an. Mereka selalu membela Al Qur’an. Ya tidak pisah, karena Al Qur’an
selalu dibacanya. Al Qu’ran selalu dipelajari maknanya. Al Qur/an selalu
mendasari sikap dan aktifitasnya.
Apa yang
didapat para pecinta Al Qur’an? Di dunia mendapat kemuliaan dan jauh dari
kesesatan. Karena Sang Pencipta alam adalah Penyelamat dan Maha Penyayang.
Bahwa sengaja diturunkannya Al Qur’an adalah sebagai petunjuk dan rahmat (kasih
saying) bagi makhluknya. Terutama bagi mereka yang beriman.
Mereka di
dunia akan mendapatkan kedamaian. Karena Al Qur’an adalah tuntunan hidup yang
akan memberikan kedamaian jiwa yang diburu oleh seluruh manausia. Tiada
kebahagiaan bagi manusia tanpa ada kedamaian jiwa. Dan tidak ada kedamaian jiwa
tanpa ketenangan hati. Untuk itulah Al Qur’an diturunkan.
Mereka di
akhirat akan mendapatkan pertolongan Allah Ta’ala
karena Al Qur’an. Nabi bersabda; Bacalah Al Qur’an, sesungguhnya pada hari
kiamat ia (bacaan Al Qur’an) itu akan datang memberi pertolongan bagi
pembacanya. Masih banyak lagi kemuliaan di dunia dan akhirat yang akan didapat
para pencinta Al Qur’an.
Bagaimana
agar anak menjadi pencinta Al Qur’an? Benar kata pepatah; Tak kenal maka tak
sayang. Pertama perkenalkan dulu anak pada Al Qur’an. Perkenalkan keagungan Al
Qur’an pada anak. Dari mengenal mereka akan menjadi sahabat. Mereka akan
mencintai sahabatnya.
Hadis-hadis
Nabi yang merupakan pendorong dalam mencintai Al Qur’an antara lain; “
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya”
(HR.Bukhari), “ Bacalah Al Qur’an, karena dia akan datang kepadamu pada hari
kiamat kelak sebagai penolong bagi para pembacanya” (Riwayat Abu Umamah al
Bahiliy, Anas ra. Berkata; Rasulullah bersabda : “ Sesungguhnya Allah mempunyai
dua keluarga, para sahabat bertanya ; Siapa yang termasuk keluarga Allah?
Rasulullah menjawab ; Ahli Al Qur’an, mereka adalah keluarga Allah, dan orang
dekat-Nya”, Aisyah berkata, Rasulullah bersabda ; “Orang-orang yang pandai
membaca Al Qur’an akan dikumpulkan bersama para utusan orang-orang mulia, dan
orang-orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata karena kesulitan maka ia
akan mendapatkan dua pahala”
Abu
Hurairoh juga meriwayatkan dari Nabi; “Pada hari kiamat kelak Al Qur’an akan
datang dan berkata; Wahai Tuhanku, hiasilah dia berikanlah mahkota kemuliaan.
Kemudian berkata, Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka diberikan perhiasan
kemuliaan. Berkata lagi, Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya.
Maka dikatakan kepadanya; Bacalah Al Qur’an maka akan ditambah setiap ayat
dengan kebaikan”
Jika kabar
dari Nabi sudah cukup menjadi pendorong kecintaan terhadap Al Quran maka
kurangilah dorongan-dorongan keduniaan. Kini banyak dorongan dunia yang
menggiurkan. Misalnya bangga dengan decak kekaguman, bangga dengan deretan
piala, bangga dengan sebutan juara, bangga dengan harta yang datang tiba-tiba.
Semuanya justru akan menutupi kemuliaan Al Qur’an.
Pecinta Al
Qur’an harus memiliki kepribadian mulia , menjauhi segala apa yang menjadi
larangan Al Qur’an, menjauhi para pencari dunia, yang bersifat angkuh.
Melainkan harus tetap rendah hati terhadap orang shalih, bersikap khusuk dan
tenang.
Al Fudhail
bin Iyadh rahimahullah berkata; sepatutnya para penghafal Al Qur’an tidak
memiliki kebutuhan apapun kepada para penguasa dan orang-orang yang di bawah
mereka.
Para
pecinta Al Qur’an tidak menjadikan Alquran sebagai sumber penghasilan.
Rasulullah bersabda; Bacalah Al Qur’an, Janganlah kalian (mencari) makan
dengannya, janganlah kalian menjauhinya, dan jangan pula kalian bersikap
berlebihan terhadapnya.
Nabi
bersabda; Bacalah Al Qur’an sebelum muncul suatu kaum yang menegakkannya
seperti menegakkan gelas, mereka menyegerakan (ganjaran)nya (di dunia) dan tidak
mau menundanya.
Makna
menegakkannya adalah mereka berusaha membaguskan lafazh-lafazh dan
kalimat-kalimatnya dan membebani diri-diri mereka didalam memperhatikan
makhraj-makhraj dan sifat-sifat huruf. Adapun makna seperti menegakkan gelas
adalah mereka berusaha menyempurnakan bacaan secara berlebihan dengan tujuan
riya, sumah, berbangga diri dan mencari ketenaran.
Drs. Slamet Waltoyo, Redaktur Majalah Fahma
Post a Comment