Pentingnya Pembiasaan Ibadah Sejak Dini



Repetition is mother of knowledge, demikian ungkapan Barat menyebutkan. Artinya, pengulangan atau pembiasaan adalah induk dari ilmu atau pun pengetahuan dan keterampilan.

Lebih operasional disampaikan oleh Zig Ziglar, “Repetition is the mother of learning, the father of action, which makes it the architect of accomplishment.”

Maka tidak heran jika dalam dunia pendidikan dikenal istilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bahkan, di dalam Islam, pendidikan bermula sejak seorang ibu positif mengandung.

Anak yang sejak dalam kandungan terbiasa dengan perilaku baik ibu dan ayahnya, cenderung akan mudah memahami apa yang baik dan mengerjakannya. Termasuk ketika dibiasakan mendengarkan bacaan al-Qur’an, akan cenderung mudah menghafal Qur’an di setiap fase pertumbuhannya.

Untuk itu, penting bagi setiap orangtua mengkondisikan buah hati mereka dalam pendidikan yang berdimensi pembiasaan secara konsisten.

Anak-anak perempuan misalnya, sudah harus dibiasakan dididik dari kecil menggunakan jilbab. Pembiasaan yang demikian akan memudahkan anak perempuan itu sendiri kelak memahami dan mengamalkan syariat menutup aurat. Pun demikian dengan anak laki-laki. Penting untuk dipahamkan batasan aurat laki-laki. Termasuk memakaikan celana yang panjangnya di bawah lutut.

Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin berkata, “Seseorang yang membiasakan berbuat baik dan mengajarkannya, niscaya jika berkembang akan membawa kesenangan di dunia dan di akhirat. jika ia membiasakan berbuat buruk, dan ia merendahkan diri seperti perilaku binatang, maka ia akan menderita dan hancur.”

Dan, karena anak adalah peniru paling ahli dalam kehidupan, maka pembiasaan baik yang ditanamkan kepada buah hati mesti dibarengi dengan pembiasaan berupa keteladanan dari kedua orangtua. Tidak mungkin anak akan rajin membaca al-Qur’an, jika orang tuanya tidak memberikan keteladanan membaca al-Qur’an secara ajeg.

Di bulan Ramadhan yang lalu, kita sudah mengajarkan anak terbiasa dengan berbagai kegiatan ibadah. Maka sungguh sayang jika kebiasaan tersebut terhenti karena kita selaku orangtua juga tidak terbiasa melakukannya. ||

Redaksi Fahma
Powered by Blogger.
close