Adzan Terakhir Bilal Usai Rasulullah Wafat
Oleh : Nur
Fitriyana
Bilal adalah sahabat Rasulullah
sekaligus muadzinnya Rasulullah, ialah yang selalu mengumandangkan adzan
sepanjang hidup Rasulullah. Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar menjadi
khalifah, Abu Bakar masuk ke masjid sementara Bilal sedang duduk di dalamnya.
Ketika masuk waktu shalat, Abu Bakar
berkata, “Bilal, kumandangkanlah adzan segera!”
Bilal menjawab, “Aku tidak mau adzan
kecuali untuk Rasulullah.”
Kesedihan sebab ditinggal wafat
Rasulullah, terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya
meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian
tinggal di Homs, Syria.
Lama Bilal tak mengunjungi Madinah,
sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya:
“Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku?
Kenapa sampai begini?”
Bilal pun bangun terperanjat, segera dia
mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah.
Setibanya di Madinah, Bilal segera
menuju makam Rasulullah. Tangis kerinduannya memuncak, cintanya kepada
Rasulullah begitu besar. Cinta yang tulus karena Allah kepada Baginda Nabi yang
begitu dalam.
Pada saat yang bersamaan, tampak dua
pemuda mendekati Bilal. Kedua pemuda tersebut adalah Hasan dan Husein, cucu
Rasulullah. Masih dengan berurai air mata, Bilal tua memeluk kedua cucu
kesayangan Rasulullah tersebut.
Umar bin Khattab yang telah jadi
Khalifah, juga turut haru melihat pemandangan tersebut. Kemudian salah satu
cucu Rasulullah itupun membuat sebuah permintaan kepada Bilal.
“Paman, maukah engkau sekali saja
mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Umar bin Khattab juga ikut memohon
kepada Bilal untuk kembali mengumandangkan Adzan di Masjid Nabawi, walaupun
hanya satu kali saja. Bilal akhirnya mengabulkan permintaan cucu Rasulullah dan
Khalifah Umar Bin Khattab.
Saat tiba waktu shalat, Bilal naik ke
puncak Masjid Nabawi, tempat Ia biasa kumandangkan Adzan seperti pada masa
Rasulullah masih hidup. Bilal pun mulai mengumandangkan Adzan.
Saat lafadz “Allahu Akbar” ia kumandangkan, seketika itu juga seluruh Madinah
terasa senyap. Segala aktifitas dan perdagangan terhenti. Semua orang sontak
terkejut, suara lantunan Adzan yang dirindukan bertahun-tahun tersebut kembali
terdengar dengan merdunya.
Kemudian saat Bilal melafadzkan “Asyhadu an laa ilaha illallah“, penduduk
Kota Madinah berhamburan dari tempat mereka tinggal, berlarian menuju Masjid
Nabawi. Bahkan dikisahkan para gadis dalam pingitan pun ikut berlarian keluar
rumah mendekati asal suara Adzan yang dirindukan tersebut.
Puncaknya saat Bilal mengumandangkan
“Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah“, seisi Kota Madinah pecah oleh tangis dan
ratapan pilu, teringat kepada masa indah saat Rasulullah masih hidup dan
menjadi imam shalat berjamaah.
Tangisan Khalifah Umar bin Khattab
terdengar paling keras. Bahkan Bilal yang mengumandangkan Adzan tersebut
tersedu-sedu dalam tangis, lidahnya tercekat, air matanya tak henti-hentinya
mengalir. Bilal pun tidak sanggup meneruskan Adzannya, Ia terus terisak tak
mampu lagi berteriak melanjutkan panggilan mulia tersebut.
Hari itu Madinah mengenang kembali masa
saat Rasulullah masih ada diantara mereka. Hari itu, Bilal melantukan adzan
pertama dan terakhirnya semenjak kepergian Rasulullah.
Maha Suci Allah, kisah diatas telah
mengaduk-aduk cinta dan kerinduan kita kepada Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wasallam. Kisah yang mampu membuat kita
meneteskan airmata tanda cinta dan rindu kepada Baginda Nabi. Semoga kita bisa
mendapatkan syafaat dari Rasulullah dan dikumpulkan bersama beliau. []
Sumber: 1001kisahteladan.com , Walid
al-A’zhami “Nabi Muhammad di Hati Sahabat. Terbitan Darul Furqan., hal 305, 306
Penulis : Nur Fitriyana
Foto : Google
Post a Comment