Bahagia



Oleh : Imam Nawawi

Saat pagi engkau bisa sarapan, ditemani senyum istri dan anak, maka sesungguhnya engkau telah menggenggam dunia. Engkau pantas dan telah menjadi insan yang berbahagia.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Beruntunglah orang yang berislam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan dia dijadikan menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” (HR. Muslim).
Kehidupan dunia, sebagaimana kita ketahui, semuanya fana. Pangkat, jabatan, tempat tinggal, popularitas atau apapun, semua akan hilang, atau kita tinggalkan karena telah sampai ajal yang Allah tentukan.

Semakin seseorang menyadari hal ini, semakin bahagialah hidupnya, sekalipun dalam pandangan manusia, tak ada apapun dari sisi materi yang dapat ia banggakan.
Tetapi, sebaliknya, siapapun yang kemudian menghamba pada dunia, menjadikan harta sebagai tujuan, segala kenyamanan hidup tak akan pernah sampai membuat hatinya tenang apalagi bahagia.
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bukankah dua petunjuk Nabi di atas sudah cukup jelas dan gamblang untuk mengkondisikan kita menjadi insan yang berbahagia?
Imam Nawawi, Penulis dan Pemimpin Redaksi Majalah Mulia
Foto : annajah.net
Powered by Blogger.
close