Calon Mahasiswa UGM
Mungkin baru kali ini setelah 30 tahun menjadi dosen,
saya berbicara
di depan 80 anak sekolah
dasar bersama para gurunya. Kesempatan ini saya alami ketika menerima kunjungan
rombongan SDIT Islamic-Centre Purwodadi di area kampus Universitas
Gadjah Mada. Biasanya
yang saya hadapi adalah para mahasiswa yang sudah hampir terbentuk karakternya,
karena mereka sudah dididik selama 12 tahun di sekolah
dasar, menengah pertama dan atas. Ada yang berwajah
ramah, murah senyum, acuh, tidak
peduli, dan ada yang berwajah sombong serta egois. Namun ketika
berhadapan dengan anak-anak ini, terlihat
wajah-wajah ramah, senyum, penuh optimisme,
sehingga saya pun
merasa bahagia.
Perasaan ini berkembang menjadi sebuah harapan, insya
Allah dalam sepuluh
tahun lagi sebagian dari mereka adalah para
wisudawan yang menerima ijazah dari rektor
kami di dalam gedung yang
letaknya tepat di
belakang tempat saya menyambut
mereka. Harapan ini tidaklah berlebihan
karena dengan begitu kami akan mempunyai
alumni yang tidak hanya berkualitas secara
akademik tetapi juga akhlak, moral dan etika yang insya Allah lebih terjamin. Bukan
alumni yang mempunyai indeks
prestasi tinggi tetapi kering dari akhlak
terpuji.
Saya sangat bersyukur, pada zaman sekarang yang penuh dengan
pengaruh negatif terhadap
perkembangan anak, telah bermunculan berbagai lembaga pendidikan terpadu
berbasiskan Islam yang mana orangtua dapat menaruh kepercayaan kepadanya.
Kekhawatiran para orangtua sedikit terobati, karena sebetulnya tanggungjawab
untuk memberi warna karakter pada anak sepenuhnya ada pada mereka, seperti yang
telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam,
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan
fitroh (Islam) dan kedua orangtuanyalah yang menjadikan Nasrani, Majusi atau
Yahudi” (HR.Bukhori).Keterlibatan
dan tanggungjawab orangtua, minimal pada
siang hari, telah terwakili oleh para pengasuh, para
guru yang insya Allah berdedikasi tinggi yang telah meniatkan diri beribadah
lewat pendidikan.
Orangtua mungkin tidak bisa berharap banyak terhadap
perguruan tinggi karena proses yang terjadi di
dalam ruang kuliah sering hanya sebatas transfer
of knowledge, hanya mempersiapkan mahasiswa untuk bisa bekerja, namun tidak
mempersiapkan untuk hidup. Keterampilan hidup harus dicari di luar ruang
kuliah, bagaimana mereka berinteraksi, baik dengan teman kuliah maupun dengan
teman organisasi, juga dengan
lingkungan tempat tinggalnya.Kemampuan
mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan
hidup ini sangat dipengaruhi oleh proses-proses pendidikan yang mereka lalui
sebelumnya.
Tidaklah keliru kalau sebenarnya yang paling berhak
mendapatkan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa adalah para guru dan pengasuh di pendidikan pra-sekolah, sekolah
dasar, dan menengah, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan.
Karena merekalah yang
meletakkan dasar atau pondasi kesuksesan pada
tahap berikutnya. Apalagi saat ini, anak-anak hidup di era teknologi
informasi dan komunikasi, hidup di zaman tanpa batas dan jarak sehingga hal-hal
negatif yang berasal dari luar, dari negara yang berkebudayaan sangat berbeda, dengan mudah dan cepat mempengaruhi perilaku
anak-anak kita.
Berbeda dengan era masa kanak-kanak saya dulu,
gangguan atau pengaruh negatif yang
dominan hanya berasal dari pergaulan di lingkungan tempat tinggal dan sekolah.
Ketika orangtua mampu
menjaga pergaulan anak-anaknya dan
menyekolahkannya sampai
di perguruan tinggi, maka
mereka akan berhasil dalam kehidupannya. Lagi
pula saat itu persaingan tidak seketat
sekarang. Keteladanan dengan
mudah ditemukan di masyarakat, masih banyak tokoh masyarakat yang disegani, bahkan profesi guru merupakan
profesi yang sangat terhormat.
Mudah-mudahan
apa yang saya harapankan dan rasakan
ini, juga dialami oleh dosen yang lain,
sehingga kelak kami bisa mengajar di depan kelas dengan nyaman. Para mahasiswa
mengikuti kuliah dengan tenang dan penuh
konsentrasi karena mereka sudah
terbiasa sejak kecil, melakukan
sholat khusyuk minimal
lima kali sehari dan setelah sholat tahujud serta mengaji mereka belajar
mata kuliah yang akan ditempuh pada siang harinya.
Insya Allah.||
Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A. || Guru Besar Fakultas Teknik Mesin UGM, Pimpinan Umum Majalah Fahma.
Foto : Google
Post a Comment