Hidup Hemat dan Bermanfaat
Oleh : Imam
Nawawi
Anak adalah sosok pemimpin masa depan.
Memperhatikan mereka dari segala sisi tentu saja suatu keniscayaan, termasuk
mendidik mereka arti penting hidup hemat dan bermanfaat.
Satu di antara arti kata hemat adalah
berhati-hati dalam membelanjakan uang, tidak boros atau berfoya-foya.
Mengenalkan konsep hidup hemat ini sangat penting bagi anak, agar mereka tumbuh
menjadi manusia dewasa yang bijaksana.
Cara terbaik untuk mendidik anak hidup hemat
tentu saja dengan usaha serius memperlihatkan gaya hidup hemat.
Hal ini penting, sebab anak tak semata bisa
mendengar, tetapi dapat langsung meniru gaya yang “diteladankan” oleh kedua
orangtuanya.
Jangan sampai anak dididik hemat, sementara
setiap hari mereka melihat kedua orangtuanya sibuk hunting barang-barang
online.
Tidak salah jika kemudian anak sudah
mendapatkan mainan baru, tidak lama kemudian minta belikan mainan lain lagi.
Juga tidak heran jika anak sudah jajan kemudian tidak lama lagi minta jajan
lagi.
Mereka mungkin tak akan mengatakan, ayah dan
mama rajin hunting barang di toko online. Tetapi contoh yang tidak tepat itu
menjadi dasar kuat mereka untuk berani meminta lagi dan lagi.
Apalagi kalau kemudian dalam tiap pekan
selalu ada orderan barang datang ke rumah dan sang anak yang membuka pintu lalu
menerimanya.
Hemat Ciri Anak Tamyiz
Tamyiz adalah fase dalam hidup anak, dimana
anak sudah mampu membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah. Artinya tidak
sekedar tahu, tapi akalnya sudah berfungsi untuk mampu membedakan.
Tamyiz, menurut Mohamad Fauzil Adhim, berada
dalam rentang usia 2-6 tahun, hingga 10 tahun. Tetapi, selambat-lambatnya,
paling tidak pada usia 7 tahun anak sudah masuk tahap pendidikan tamyiz.
Artinya, jika pada usia 7 tahun anak-anak
kita masih suka jajan tanpa perhitungan, terlebih jika memegang uang langsung
habis dibelanjakan, itu pertanda anak belum tamyiz. Padahal, secara umur,
semestinya sudah bisa menggunakan uang untuk hal-hal yang baik bagi dirinya.
Jadi, mendidik anak hidup hemat artinya
mendorong mereka lebih cepat untuk bertanggungjawab dan memilih yang terbaik
bagi dirinya.
Dan, ajaran untuk anak bisa hidup hemat cukup
banyak yang bisa diterapkan. Mulai dari memberikan mereka uang jajan secukupnya
bahkan terbatas, hingga mendorong mereka untuk rajin menabung.
Hemat dan Bermanfaat
Lantas, bagaimana jika anak telah bisa hidup
hemat. Apakah tugas orangtua selesai? Ternyata belum. Ya, orang tua mendorong
anak mereka memilih sikap-sikap yang menjadikan pribadi mereka bermanfaat.
Seorang pakar parenting pernah bercerita
bahwa anaknya menabung dari kelas I sampai kelas 5. Begitu di kelas VI ia
sangat ingin berqurban, tetapi setelah dihitung-hitung, uang tabungannya tak
memadai.
Ia pun semakin rajin menabung. Hingga
akhirnya pada saat Idul Adha saat dia kelas VI, usaha menabungnya itu sampai
pada angka yang bisa digunakan membeli seekor kambing.
Subhanallah, jadi anak tersebut tidak saja
telah mampu hidup hemat, tetapi berbuat manfaat. Sekarang, betapa banyak anak
yang menabung tapi motivasinya masih mainan dan pakaian. Sebagian menjadi
sangat kikir begitu usahanya menabung membuahkan hasil. Dipikirnya, setengah
mati menabung, enak saja orang minta-minta.
Jika anak-anak kita mampu menabung untuk
dunia-akhiratnya, sungguh beruntunglah kedua orang tuanya. Karena jangankan
anak-anak, para orang tua pun banyak yang gagal memahami pentingnya hidup hemat
dan bermanfaat.
Sebagian terseret oleh kesemuan uang. Jadi
benar jika Francis Bacon menegaskan, “Uang adalah hamba yang baik, namun ia
adalah tuan yang buruk.”
Imam
Nawawi, Pimpinan Redaksi Majalah Mulia, Penulis lepas
Post a Comment