Kerja dalam Sunyi
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
Ada saatnya kita perlu bergerak dalam diam. Tidak ikut meramaikan kegaduhan, tidak pula menambah kebisingan. Kita menahan diri tak bersuara bukan karena tak lagi punya nyali, tetapi justru karena memuliakan tuntunan agama. Ada saat ketika agama justru menyuruhkan kita untuk memilih mengambil posisi paling hening dan senyap. Inilah masa ketika duduk lebih baik daripada berdiri dan berdiri lebih baik daripada berjalan.
Menyaksikan beragam kesalahan dan kemungkaran kadang membuat hati ini memang serasa ingin segera bergerak memperingatkan manusia dari kesalahan-kesalahan serius itu. Tetapi ada saatnya kita lebih perlu berdiam diri, berusaha mencapai titik jernih, lalu menyampaikan apa yang semestinya; apa yang haq dan sepatutnya kita pegangi. Seolah tak bergerak, tetapi pada dasarnya kita telah menyiapkan pilar lebih kokoh bagi langkah-langkah kita dan anak cucu kita.
Agaknya ada yang kita lupa. Menyiapkan fondasi yang sangat kuat berarti bersunyi-sunyi tak menampakkan diri, memilih yang terbaik dan mengerjakannya dengan sabar. Bagian terpenting, tetapi tak tampak di permukaan. Tak pernah disebut, tidak pula menjadi sebab kekaguman, kecuali bagi orang-orang yang mengerti betul. Dan yang seperti ini jumlahnya sedikit. Padahal kerja sunyi yang tampak inilah justru penentu kokoh tidaknya, termasuk mampu tidaknya, membangun gedung-gedung sangat tinggi yang dari kejauhan sudah tampak megah.
Fondasi yang kuat bukanlah soal kemegahan. Tetapi hanya pada fondasi yang kuat sajalah segala bangunan dan beban sejarah dapat ditanggungkan.
Nah, bagaimana kita selaku orangtua dan sekolah-sekolah kita?
Post a Comment