Mengelola Rasa Cemburu

Oleh : Cahyadi Takariawan

Rasa cemburu kepada pasangan adalah hal yang wajar dalam kehidupan berumah tangga.

Namun harus waspada, karena cemburu memiliki dua wajah sekaligus.

Pertama, cemburu menjadi bukti cinta kepada pasangan.

Ketika kita mampu mengolah rasa cemburu secara positif, ini menandakan adanya cinta yang kuat kepada pasangan.

Seorang suami bisa merasa tersanjung ketika istri menunjukkan tanda cemburu yang proporsional. Karena ini membuktikan sang istri benar-benar menyayangi dirinya.

Kedua, cemburu menjadi tanda ketidaknyamanan dan kerusakan hubungan dengan pasangan.

Ketika kita melarang pasangan untuk berteman dengan orang lain, memata-matai kegiatan pasangan, atau bertindak kasar pada pasangan karena menuduhnya selingkuh tanpa bukti, ini semua bisa berdampak destruktif.

Cemburu seperti ini berpotensi merusak hubungan dengan pasangan.

Seseorang yang terlalu mengekang pasangannya, seperti tindakan istri yang terus menerus menelpon suami ketika jam kerja untuk memantau keberadaan dan kegiatan suami. Hal ini dapat mengganggu kinerja suami.

Terlebih lagi, jika istri bersikap memaksa atau menuntut suami untuk mengikuti keinginannya. Dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin suami merasa lelah dan justru menjauh dari istri. 

Rasa memiliki yang terlalu kuat (posesif) bisa membuat seseorang tidak dapat berpikir secara proporsional, dan memudahkan munculnya “cemburu buta”. Reaksi yang dimunculkan sering berlebihan.

Orang yang posesif menganggap pasangan sebagai miliknya sendiri sehingga tidak membiarkan pasangan untuk bersosialisasi atau mengembangkan diri bersama orang lain.

Orang yang terlalu posesif justru akan merusak hubungan dengan pasangannya sendiri.

Maka cemburulah dengan wajar dan berusahalah untuk mengolah rasa cemburu secara positif.

Bagaimana cara mengelola cemburu secara positif?

Tahap pertama adalah mengenali rasa cemburu itu sendiri.

Kita harus mengenali akar dari munculnya rasa cemburu itu,
mengenali mengapa bisa muncul rasa cemburu dan mengganggu pikiran dan perasaan.

Tahap kedua, hadapi ketakutan akan kehilangan cinta dari pasangan, dengan jalan mengenal pasangan lebih mendalam.

Kenali pasangan secara baik agar lebih dekat dan lebih memahami jati dirinya.

Tahap ketiga, ekspresikan rasa cemburu dengan cara yang baik.

Cobalah bicarakan dan ungkapkan perasaaan cemburu kepada pasangan secara bijak. Tidak perlu membuat asumsi yang berlebihan terhadap pasangan.

Misalnya, jika pasangan mengatakan akan pulang terlambat karena lembur, coba tanyakan berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Tahap keempat, ubahlah kecemburuan dengan mengolahnya secara baik.

Berusahalah untuk tetap tenang dan tidak emosional. Hindari kemarahan atau rasa malu atas adanya situasi yang tidak menyenangkan tersebut.

Tahap kelima, perhatikan dan perbaiki penampilan serta pelayanan terhadap pasangan.

Pikatlah hati pasangan agar hanya akan tertambat kepada anda saja. Tunjukkan rasa percaya diri anda terhadap pasangan.

Tahap keenam, meminta bantuan konselor

Jika semua tahap telah ditempuh tetapi anda tetap mengalami cemburu berlebihan, mungkin perlu mencari bantuan psikolog atau konselor pernikahan untuk mengatasi perasaan dan pikiran irasional tersebut.

Cahyadi Takariawan, Motivator dan Penulis Buku
Sumber : fb Cahyadi Takariawan
Powered by Blogger.
close