Allah Tahu Yang Ada Dalam Hatimu!
Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.
Nak, muraqabah itu merasa diawasi Allah, kamu tahu
sekaligus yakin terus menerus bahwa bahwa Allah Ta’ala melihat apa-apa yang nampak dan apa-apa yang tidak nampak
pada dirimu, bahwa Allah Ta’ala itu mengawasimu, melihatmu, mendengar ucapanmu,
mengetahui apas semua amalan yang kamu dilakukan di setiap waktu, di setiap
kesempatan di setiap individu, dan di setiap kedipan matamu. Dalam hadits
shahih tentang ihsan, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Salam
bersabda, “Hendaknya engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya, bila engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihatmu” (HRBukhari
dan Muslim).
Nak, mengutamakan apa-apa yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla, mengagungkan apa-apa yang
diagungkan oleh-Nya, memandang kecil apa-apa yang dipandang kecil oleh-Nya,
itulah sebagian tanda-tanda sikap muraqabah telah ada pada diri seorang hamba—sikap
demikian dapat memotivasimu untuk melakukan ketaatan, rasa takut dapat
menjauhkanmu dari kemaksiatan, dan muraqabah
dapat membimbingmu menuju jalan kebenaran. Belajar konsisten untuk terus merasa
diawasi oleh Allah Ta’ala dalam
perjalanan menuju kepada-Nya. Pengagunganmu kepada Allah Ta’ala dapat memalingkanmu dari pengagungan kepada selain-Nya, dari
memandang sesuatu selain-Nya, dan untuk tidak mengisi hatimu dengan selain-Nya.
Merasakan kehadiran-Nya akan melahirkan rasa dekat dan cinta kepada-Nya. Senangnya
hatimu kepada Allah Ta’ala,
kebahagiaan dan merasa tentram dengan-Nya, akan mendorongmu untuk senaniasa
berjalan menuju Allah Azza wa Jalla,
mengerahkan usahamu untuk mendapatkannya, dan mendapatkan keridhaan-Nya.
Nak, termasuk bentuk muraqabah yang baik adalah jika
engkau mengerjakan sesuatu dengan anggota tubuhmu, maka ingatlah bahwa Allah Ta’ala itu melihatmu. Jika engkau
mengatakan sesuatu dengan lisan, maka ingatlah bahwa Allah itu mendengarkan hal
itu. Jika engkau diam atau menyembunyikan sesuatu, maka ingatlah pengetahuan
dan padangan Allah Ta’ala kepadamu.
Segala sesuatu tidak bisa tersembunyi dari-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Dan
tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu
ayat Al-Quran, dan tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami
menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari
pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit.
Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan
semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS Yunus: 61).”
Nak, janganlah engkau tertipu dengan berkumpulnya manusia di hadapanmu,
karena mereka hanya mengawasi apa-apa yang Nampak darimu, sedangkan Allah Ta’ala
mengawasi apa-apa yang ada dalam hatimu. Ketaatan yang paling
istimewa adalah perasaan bahwa Allah Ta’ala
senantiasa mengawasi kita di setiap kesempatan. Nak, engkau harus merasa
diawasi oleh Allah, yang mana tidak ada sesuatu pun yang luput dari
pengetahuan-Nya. Mengarahkan keinginanmu hanya kepada-Nya, yang senantiasa
menepati janji-Nya. Senantiasa menghadirkan rasa ikhlas di setiap keadaan,
menghadirkan semua hal yang dapat mendatangkan keridhaan Allah, mengganti
apa-apa yang dapat membuat-Nya murka dengan apa-apa yang mendatangkan
kecintaan-Nya, menghilangkan kemauan dirimu menuju kemauan-Nya meskipun
kemauan-Nya tersebut sangat tinggi bagimu.
Nak, janganlah dirimu berpaling dari syariat dan
perintah Allah Ta’ala dengan
menggunakan pendapat-pendapat dan logika-logika yang mengandung unsur
penghalalan apa-apa yang diharamkan oleh-Nya, dan pengharaman apa-apa yang
dihalalkan oleh-Nya. Janganlah dirimu berpaling dari hakikat yang ada dalam
syariat, keimanan dengan menggunakan perasaan-perasaan dan pandangan-pandangan
batin yang mengandung persyariatan agama atau ajaran tertentu yang tidak pernah
diizinkan oleh-Nya, kemudian menganggap salah agama yang disyariatkan oleh-Nya.||
Penulis : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi., Pimpinan Redaksi Majalah Fahma , Dosen Psikologi Universitas Islam Indonesia
Foto : Google
Post a Comment