Doakan Suamimu
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
Ada saat yang Allah Ta'ala istimewakan sehingga dengannya do'a lebih maqbul. Inilah saat ketika kita sedang menempuh perjalanan. Ada keistimewaan, ada berbagai keringanan yang diberikan kepada orang-orang yang sedang menempuh perjalanan. Musafir.
Maka sepatutnya perjalanan menjadi kesempatan untuk mengurangi dosa, kesempatan yang baik pula untuk memohon ke hadirat Allah 'Azza wa Jalla dengan sebaik-baik permohonan.
Tetapi perjalanan juga menjadi saat yang dapat menggelincirkan manusia pada keburukan dan kemungkaran. Hati bisa lalai, mata bisa tersilaukan oleh fahsya dan munkar. Hati pun dapat berpaling sejauh-jauhnya. Maka seseorang perlu penjaga. Di antara hikmah keutamaan melakukan safar diiringi teman yang beriman (bukan sekedar asisten yang mendampingi dan melayani) adalah agar ada yang memberi peringatan, menyampaikan nasehat dan mencegahnya dari pintu-pintu keburukan. Teman yang membantu menegakkan iman. Bukan sekedar meringankan perjalanan. Apalagi membantu dalam keburukan atau yang memegang rahasianya agar tetap dapat memperbuat keburukan.
Sejenak teringat sebuah hadis. Dari Uqbah bin Amir radhiyaLlahu 'anhu, dari Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مامن راكب يخلو فى مسيرة بالله و ذكره إلا ردفه ملك، ولا يخلو بشعر و نحوه إلا كان ردفه شيطان
"Tidak ada seorangpun pengendara yang dalam perjalanannya karena Allah dan disertai dengan dzikir, maka yang menjadi penumpangnya adalah malaikat. Sedangkan pengendara yang dalam perjalanannya disertai dengan sya'ir (nyanyian) dan lainnya (termasuk musik), maka yang menjadi penumpangnya adalah setan." (HR. Thabarani).
Ada perjalanan yang kita dapat mengendalikan sepenuhnya agar senantiasa beriring dzikruLlah, tetapi ada perjalanan yang bahkan di saat kita ingin menjauhkan hingar bingar dari kita pun, tetap saja ia terjangkau oleh telinga, meskipun mata berpaling darinya. Di saat itulah teman perjalanan sangat besar peranannya dalam menjaga tegaknya iman dan teguhnya komitmen kepada dien.
Ada lagi kebaikan yang sepatutnya mengiringi kita selain teman yang beriman. Dialah do'a. Fii amaniLlah ma'assalamah. Semoga dengan itu Allah Ta'ala berikan sebaik-baik penjagaan. Maka setiap kali suamimu berangkat ke berbagai penjuru muka bumi, lepaslah ia dengan do'a agar Allah Ta'ala genggam hatinya, jaga imannya. Bukan melepasnya dengan ucapan "daaagh..." semata. Selain tak bermakna, ucapan ini seolah ucapan selamat tinggal.
Sesingkat itu do'anya? Yang sangat singkat ini pun telah mencukupi. Apakah yang lebih baik daripada perlindungan Allah? Maka ucapan fii amaniLlah (semoga engkau senantiasa dalam lindungan Allah) yang benar-benar dimaksudkan sebagai do'a, lebih baik daripada pernak-pernik apa pun yang engkau berikan agar ia senantiasa mengingatmu. Dalam lindungan Allah, maka ia terselamatkan dari pandangan yang menggoda, bisikan yang tercela serta berbagai keburukan lainnya.
Pada ucapan ma'assalamah (semoga Allah Ta'ala jadikan perjalananmu senantiasa disertai keselamatan) yang dimaksudkan sebagai do'a, ada pinta yang jika Allah Ta'ala kabulkan jauh lebih baik daripada sekoper oleh-oleh yang wah.
Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku Segenggam Iman Anak Kita
Post a Comment