Memaknai Altruisme dalam Kehidupan Anak
Oleh : Netti Ermawati
Suatu hari, di tengah rapat
tiba-tiba saya mendapat pesan dari wali kelas anak saya. Hal yang sangat di luar
kebiasaan, biasanya saya yang mengirim pesan, walaupun hanya sekedar menanyakan
PR yang besok akan dikumpulkan. Sedikit was-was ketika membaca pesan beliau
yang isinya mengatakan kalau anak saya tidak mau bermain atau belajar kelompok
dengan Bima, jika suatu saat anak saya satu kelompok dengan Bima, anak saya
akan berusaha menolak bahkan secara tegas mengatakan lebih baik mengerjakan
tugasnya secara mandiri. Ketika anak saya ditanya oleh gurunya hanya mengatakan
kalau Bima nakal, hanya kalimat itu saja yang bisa dimunculkan oleh gurunya. Oleh
karena itu gurunya meminta bantuan kami sebagai orangtuanya untuk mencari tahu
alasan yang sebenarnya.
Saya
mengambil jeda untuk mencoba memahami dan menginterpretasikan kalimat demi
kalimat gurunya. Malamnya menjelang tidur,
kami melakukan permainan fast question, jawab dengan cepat,
ketika tiba pertanyaan siapa teman sekolah yang paling nyebelin, anak saya
dengan cepat menjawab Bima. Kemudian saya mencoba mengajaknya bercanda, “OMG....,
Bima kan baik. Waktu Bunda tersesat nyari kelas pertemuan wali murid, Bima yang
membantu. Waktu bunda kesulitan nyari parkir Bima yang mencarikan”. Saya lihat
anak saya diam dan menatap saya sesaat sebelum badannya bergerak gelisah, “Memang
Bima nakal banget sampai nggak mau memafkan? Jangan karena satu kesalahan
hilang semua kebaikannya, siapa tahu Bima juga tidak sengaja” Begitulah sekelumit pembicaaran kami malam
itu.
Sebagai mahluk sosial kita
diharuskan untuk sering berinteraksi dengan orang lain, sebagaimana orang
dewasa, anak-anak terutama mereka yang sudah mempunyai komunitas atau kelompok
sosial di usianya mengharuskan melakukan kontak fisik dan verbal, ada aksi dan
reaksi. Pada sisi lain, ia tentu pernah mengalami perlakuan dan situasi yang
tidak menyenangkan, mengecewakan atau menyakitkan.
Dalam berbagai ajaran agama, kita
mengenal sikap altruisme di mana sikap ini harus tertanam secara alamiah
muncul. Altruisme lawannya egois, jadi menekan rasa keinginan untuk merasa
menang, hebat dan semua sifat ego negatif yang ada pada kita. Sebaliknya
sikap memaafkan sebagai bagian dari
sikap altruisme ini harus dimunculkan dan diasah, lalu bagaimana memunculkan
sikap ini pada anak-anak, tentu ini bukanlah perkara mudah. Dalam sebuah kajian
ilmiah yang ditulis oleh Latifah Tri Wardhati & Faturochman tentang teori
pemaafan, dijelaskan bahwa secara psikologis pemaafan akan efektif dan
berdampak positif bila ada penuntasan persoalan psikologis yang antara lain
ditandai dengan ketulusan dan kesungguhan untuk memperbaiki relasi di masa
mendatang pada pihak-pihak yang terlibat. Memaafkan, secara psikologis tanpa
diwujudkan secara interpersoanal dapat menyakitkan, ungkapan secara
interpersonal tanpa dilandasi ketulusan hanya sekedar ritual. Hal yang terakhir
inilah kiranya yang selama ini terjadi pada masyarakat Indonesia sehingga
konflik dan ketidakharmonisan hubungan sosial sulit diatasi. Sebagai orangtua
kita diharuskan memahami terlebih dahulu situasi anak, berkomunikasi dan
mencontohkan dalam praktek bagaimana bersikap terutama ketika terjadi konflik
antar orangtua dan anak, karena pada dasarnya, anak-anak hanya akan mencontoh
dan meneladani sikap yang ditunjukan oleh kedua orang tuanya atau sikap
orang-orang yang dianggap mempunyai peran lebih dalam hidupnya. Jika dalam
kehidupannya anak terbiasa melihat bagaimana mudahnya meminta maaf dan
memafkan, kebaikan apa saja yang terjadi dengan kata maaf dan memaafkan.
Dan yang paling utama, sikap kita
sebagai orangtua tidak perlu berlebihan dan panik, Lewis B. Smedes (1984) dalam
bukunya Forgive and Forget: Healing The Hurts We Don‘t Deserve memaparkan
dengan gamblang pemecahan masalahnya. Bahkan Allah ingatkan, di antara nikmat
besar yang Allah berikan kepada para sahabat adalah Allah jadikan mereka saling
mengasihi, saling mencintai, padahal sebelumnya mereka saling bermusuhan.||
Penulis : Netti Ermawati, Aparatur Sipil Negara
Foto : Google
Post a Comment