Minuman Ideologis Bernama Kopi
Oleh : Mohammad
Fauzil Adhim
Pertanyaan tentang Baba Budan
pada akhirnya membawa saya untuk menelusuri juga bagaimana kopi ditemukan.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai asal muasal nama kopi.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa “إسم القهوة مأخوذ من
كلمة (كافا caffa) وهى قرية فى الحبشة”
(Nama kopi diambil dari kata Kaffa, sebuah desa di Ethiopia). Sebagian ulama
lainnya mengatakan bahwa nama qahwah berasal dari kata quwwah, yakni kekuatan,
yakni minuman berasal dari al-bunn (diserap dalam bahasa Inggris menjadi bean)
yang menghalau kantuk serta kehilangan gairah sehingga menimbulkan kekuatan
untuk qiyamul lail, munajat dan telaah kitab.
Pada awalnya kopi ditemukan
oleh Khalid, seorang ahlur ribath di Gisya (kelak lebih dikenal dengan ejaan
Geisha) setelah proses panjang mencari zat yang menguatkan ibadah sekaligus
menyegarkan mata dan pikiran saat berjaga, tetapi tidak bersifat khamr
(memabukkan, merusak akal pikiran). Khalid yang apabila malam melakukan ribath,
siang hari sering melakukan pekerjaan menggembala. Ia pun mencobakan berbagai
tetanaman kepada kambingnya, sehingga melihat bahwa ada satu tanaman yang
menjadikan kambing lebih energetic. Kelak tanaman inilah yang dinamai qahwah
alias kopi.
Agar dapat memahami lebih utuh,
kita perlu mengetahui siapakah yang dimaksud dengan ahlur ribath. Secara umum,
ahlur ribath adalah orang yang memiliki tugas berjaga di garis depan. Ia
dipilih dari orang yang memiliki kepekaan tinggi untuk memetakan, memiliki ilmu
yang memadai, daya tahan fisik yang bagus, kuat berjaga semata-mata untuk
ketaatan kepada Allah, sigap dalam menyampaikan informasi kepada pihak yang
bertanggung-jawab serta tidak mudah tergoda oleh kenikmatan sesaat yang
bersifat segera. Ini menunjukkan bahwa ahlur ribath memiliki kualifikasi yang
ketat dan berat.
Ahlur ribath juga menjadi
istilah dalam dunia sufisme dan tetap merujuk kepada orang yang pada pokoknya
memiliki kualifikasi sangat ketat, khususnya terkait dengan daya tahan untuk
berjaga semata-mata untuk meraih ridha Allah ‘Azza wa Jalla.
Dari sini kita dapat memahami
bahwa ketika seorang Khalid atau populer disebut Khaldi melakukan pencarian
terhadap tetumbuhan yang menguatkan berjaga dan menyegarkan pikiran, maka
urusannya bukanlah dengan tana’um (gaya hidup yang orientasinya
bernikmat-nikmat). Al-bunn (bebijian kopi) hanyalah wasilah; sarana untuk
menguatkan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, termasuk untuk berjaga, duduk
berlama-lama di majelis ilmu serta qiyamul lail.
Pendapat lain menyatakan bahwa
kopi pada mulanya berasal dari Sana’ah, sebuah wilayah di Yaman, yang kelak
penyebaran kopi tersebut melalui pelabuhan utama di kota Mocha (المخا).
Dari nama kota inilah kita mengenal Mochacino. Titik persamaannya, kopi
dikembangkan untuk menguatkan seseorang menegakkan punggung dalam rangka
thalabul ‘ilmi, qiyamul lail dan beragam ketaatan lain sebagai ibadah kepada
Allah ‘Azza wa Jalla.
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku, Motivator
Foto : Google
Post a Comment