Alirkan Saja Idemu!
Oleh : O. Solihin
Ya, alirkan saja idemu dalam tulisan. Jangan berpikir tentang tulisan
yang jelek atau bagus. Karena pikiran tersebut akan menghambat dan mengganggu
proses mengalirkan gagasanmu. Alirkan saja sebisa mungkin, semampu mungkin,
bila perlu imajinasinya ‘seliar’ mungkin. Oya, kata “seliar” harap digaris
bawahi dengan pengertian positif. Artinya, silakan gunakan improvisasi
permainan kata dan memunculkan ide yang akan ditulis dengan sebebasnya tanpa
khawatir salah atau jelek. Makin sering kita menulis, insya Allah akan makin
mahir mengalirkan ide. Makin sering menulis, akan semakin lihai dalam
membanjirkan ide dalam tulisan kita. Jujur saja, saya sering merasa kewalahan
manakala ide sudah banyak dan ingin segera mengalirkannya dalam sebuah tulisan,
dan kadang sulit dihentikan begitu saja. Silakan rasakan sendiri pada suatu
saat dimana kamu udah sering melatih diri menulis. Rasakan!
Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh para penulis pemula atau mereka
yang hendak belajar menulis adalah: “Bagaimana cara mengalirkan gagasan atau
ide yang kita miliki dalam sebuah tulisan?” Jawaban saya sederhana: Segera
alirkan ide lewat tulisan sebagaimana kita melepas sumbatan yang bercokol di
pipa atau selokan jalan air sehingga air akan mengalir deras karena sudah tak
kuasa ditahan oleh sumbatan. Dalam menulis, menurut saya, sumbatan itu bisa
banyak: malas; takut salah; takut gagal; dan khawatir karyanya jelek. Umumnya
sih daftar sumbatannya ya seperti itu.
Malas? Waduh, ini sih penyakit paling sering diderita siapapun, termasuk
penulis: baik penulis senior maupun penulis pemula. Kalo udah malas, nggak ada
obat mujarab selain berontak terhadap rasa malas itu. Tataplah dunia luar.
Lihat orang lain yang berada di depan kita. Mungkin saja mereka berada
selangkah lebih jauh atau malah ratusan langkah meninggalkan kita yang diam
termangu tanpa bisa berbuat apa-apa. Tidakkah kita tergerak mengejarnya? Membuang
semua rasa malas yang bersarang di dalam pikiran dan perasaan kita. Kalo nggak
tergerak, kayaknya siap-siap aja makin jauh ketinggalan. Rasakan! Rasakan
bagaimana perihnya tertinggal dan ditinggalkan oleh mereka yang berhasil
ketimbang diri kita. Insya Allah, dengan menatap lingkungan sekitar, akan
menjadi cambuk untuk menghempaskan rasa malas kita.
Rasa malas hanya akan tetap berbaring di pikiran dan perasaan kita, saat
kita merasa tak perlu suasana kompetisi dalam hidup ini. So, segeralah menulis. Kuatkan
pikiranmu untuk mengumpulkan semua ide yang mungkin saja sudah menumpuk di
benakmu. Lihat, orang lain yang sudah jauh meninggalkan kita dengan
tulisan-tulisan yang dibuatnya, dengan buku-buku yang berhasil diterbitkannya.
Ayo bangkit dari tidur lelapmu, buang rasa malas. Jangan sampe deh kita bengong
saat orang lain telah banyak menorehkan catatan amal baik yang manfaatnya bisa
dirasakan orang lain. Keuntungannya? Insya Allah buat kita sendiri, karena
telah menyebarkan kebenaran, telah menyampaikan kebaikan, dan telah memberikan
banyak inspirasi kepada orang lain. Insya Allah kita bisa melakukannya. Bisa
kok.
Selain rasa malas, sumbatan dalam diri kita yang menghalangi proses
kreatif kita dalam menuangkan gagasan dan membanjirkannya adalah perasaan “takut
salah”. Hmm.. siapa sih orang yang pengen salah? Nggak ada. Semua orang pasti
ingin dianggap selalu benar di hadapan orang lain, meskipun kadang melakukan
kesalahan. So,
sebenarnya nggak ada yang salah dengan kesalahan yang kita buat. Maksudnya,
kalo memang salah ya salah. Akui kesalahan itu dan berusaha untuk
memperbaikinya di kemudian hari. Jadi kita bisa belajar dari kesalahan yang
kita buat. Justru yang aneh bin ajaib adalah orang yang sudah tahu salah tapi
nggak mau mengakui kesalahan dan merasa tak perlu memperbaiki kesalahannya. Itu
yang salah dari kesalahan yang dibuatnya.
Nah, sumbatan berupa perasaan “takut salah” harus dihempaskan dari
pikiran dan perasaan kita. Meskipun hal itu tampak wajar dan manusiawi, tapi
gimana jadinya kalo sampe menguasai dan mendominasi pikiran dan perasaan kita
sehingga membuat kita jadi tidak berani untuk menulis? Menulislah, dan jangan
pernah takut salah. Sebab, kita bisa belajar dari kesalahan. Jangan khawatir.
Justru adanya “kesalahan” bisa kita jadikan bahan evaluasi untuk menjadi lebih
baik dan menjadi yang terbaik. Insya Allah.
Bagaimana dengan perasaan “takut gagal”? Hmm… ada baiknya membaca
pernyataan Michael Crichton yang menulis novel Jurrasic Park, “Sebuah karya
akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah
berkarya. Jika Anda agal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah
berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya.”
Jadi, menurut saya sih, nggak perlu takut gagal. Sebab gagal itu biasa,
justru yang luar biasa itu adalah mampu bangkit dari kegagalan dan jangan
pernah takut gagal. Jalani aja apa adanya. Toh, sama seperti kesalahan, kita
bisa bisa belajar dari kegagalan. Setuju kan?
Terakhir, tak perlu merasa khawatir dengan hasil akhir tentang jelek
atau buruknya tulisan kita. Misalnya, orang lain bacanya aja bingung, pembaca
malah nggak tahu maksud dari yang kita tulis, gaya bahasanya berantakan,
EYD-nya nggak karuan. Buang jauh-jauh perasaan “khawatir jelek” tersebut dari
pikiran dan perasaan kita. Karena itu akan menghambat proses kreativitas kita
dalam menulis. Waktu saya jadi redaktur majalah PERMATA, ada penulis remaja
yang sering mengirimkan karyanya dan selalu kami tolak dengan alasan memang
tidak memenuhi standar baik isi maupun masalah teknis penulisannya. Tapi
rupanya dia sangat semangat untuk kirim hasil tulisannya.
Dan buktinya, sebagaimana umumnya sebuah keterampilan, maka semakin
sering menulis akan kian tampak hasilnya. Ya, akhirnya, kalo nggak salah pada
tulisan yang keenam yang dikirimnya kepada kami kemudian kami muat di majalah.
Sebab, ada tampak kemajuan dari gaya penulisan maupun isinya. Ini menjadi bukti
bahwa semakin sering menulis akan membuat kita jadi mahir menuangkan gagasan
dan memoles kualitas pesan yang disampaikannya. Rasakan dan percayalah!
Oke deh, semoga tulisan sederhana yang saya buat ini bermanfaat bagi
siapa pun yang mengambil manfaatnya. Jadi, segera alirkan idemu dalam sebuah
tulisan. Jangan tunggu esok hari, laksanakan sekarang juga dan rasakan hasilnya
setelah sering berlatih. Jangan lupa, tetap memohon pertolongan Allah Swt agar
dimudahkan dan senantiasa barokah. So, jangan pernah berhenti
nulis!
Salam, O. Solihin, Penulis
Buku dan Motivator Remaja
Post a Comment