Bertambah Pahala karena Lelah


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim


LiLlah itu tak menghapus lelah, tetapi ia menjadikan segala payah berbuah kebaikan di jannah.

Maka jalan mendaki menuju Allah Ta'ala hendaklah ditempuh dengan kesabaran dan kesungguhan sebagai pengawal keikhlasan.

Maka penting mempelajari fiqh niat dengan sungguh-sungguh agar tak menyangka ikhlas itu yang ringan di hati. Padahal penakar ikhlas dan tidak bukan ringan atau beratnya di hati untuk mengerjakan.

Penting sekali memahami fiqh niat agar tak salah menilai saat berbuat, tak pula keliru saat akan memilih 'amal. Sesungguhnya ada perbuatan yang melelahkan dan ia membebaskan dari api neraka orang yang mau memperbuatnya semata karena Allah. Ia tak tampak gagah, tak disebut manusia, wujudnya berjaga dalam keadaan siaga dengan kewaspadaan tinggi. Ialah ribath.

Di antara yang menentukan kadar pahala umrah kita adalah lelah (نصب). Ia disebut pertama sebelum nafkah yang dikeluarkan untuk keperluan ibadah. Tetapi jika tidak liLlah, maka lelah itu sia-sia tak berpahala. Ini sekaligus menunjukkan bahwa menata niat dari awal itu sangat penting agar segala lelah justru menjadi penambah pahala, penguat kebaikan dan peninggi derajat. Jika tidak, lelah amat sangat, kesia-siaan yang dapat. Bahkan bersebab tak adanya niat liLlah, ahli sedekah pun dapat menjadi golongan orang yang pertama kali masuk neraka.

Karena itu, amatlah penting kita memahami lebih mendalam tentang fiqh niat, sebagaimana sangat penting kita belajar ridha terhadap segala ketentuan-Nya. Semoga setiap lelah dan payah kita menjadi penggugur dosa.

Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bagaimana dengan orang yang mudah lelah karena keadaan fisiknya sehingga capek sedikit membuatnya cepat kelelahan dibandingkan orang lain? Jika ia ridha terhadap apa yang menimpanya, berupa keadaan yang membuatnya mudah lelah (semisal ada kelainan hormon), maka keadaan itu menjadi ladang kebaikan sekaligus penggugur dosa yang tak putus-putus. Mudah lelah? Iya. Tetapi lelahnya itu menjadi kebaikan baginya.

Bagaimana dengan perkataan “tersebab liLlah berhargalah semua lelah”? Ini adalah kalimat yang haq. Sangat berbeda dengan perkataan yang bermudah-mudah tentang niat, “Bapak Ibu tidak usah khawatir. Segala lelah, ubah menjadi liLlah, maka semua akan berpahala.”

Lebih berat lagi kerusakannya, nyata kebathilannya, mereka yang berkata, “Kenapa Anda lelah? Karena Anda tidak liLlah. Maka kalau Anda merasa lelah setelah melakukan ‘amal atau ‘ibadah, itu menunjukkan Anda tidak liLlah.”

Aduh… Alangkah berani bermain kata. Alangkah berani mengada-ada.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku-buku Parenting
Powered by Blogger.
close