Liburan Bernuansa Rekreatif & Edukatif (Bagian 1)
Oleh : Sholih Hasyim, S.Sos.
Mendengar kata
libur atau liburan, boleh dibilang semua orang pasti bergembira. Mulai dari
anak TK, sampai mahasiswa, para pekerja profesional ataupun pejabat sekalipun.
Gembira mendengar besok libur, atau sebentar lagi musim liburan panjang adalah
bagian dari fitrah manusia.
“(Tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah.” QS. Ar-Rum:30.
Musim liburan
sudah di depan mata. Masa yang penuh sukacita untuk mengembalikan kehangatan
sebuah keluarga maupun mempererat pertemanan setelah disibukkan dengan
aktivitas rutin dalam bekerja, belajar atau kuliah.
Saatnya kita
mengambil waktu jeda untuk mengistirahatkan otak dan membuatnya segar kembali,
merehatkan fisik untuk menjadikannya bugar kembali, menghidupkan ruhani untuk
senantiasa hidup selalu.
Liburan dalam Kaca Mata Islam
Islam agama
fitrah dan seimbang. Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja juga berlibur.
Menyuruh untuk beribadah juga rahah atau refressing. Menggapai sukses di dunia
juga sukses di Akhirat.
Berlibur pada dasarnya
adalah mengalihkan waktu dengan melaksanakan kegiatan yang bertujuan rehat,
atau menggunakan waktu dengan bersantai, terbebas dari rutinitas keseharian,
namun tetap bernilai ibadah dan bermanfaat. Tidak ada yang sia-sia dalam setiap
jenak-jenak kehidupan seorang muslim.
Bagaimana Islam memandang
kegiatan yang tujuannya untuk tarwih atau refressing, seperti berlibur ini?
Allah swt. berfirman berkaitan dengan anjuran untuk mengadakan perjalanan atau
traveling di muka bumi (salah satu contoh bentuk kegiatan berlibur):
“Katakanlah: “Berjalanlah
kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
berdosa.” QS. An-Naml:96.
“Pada dasarnya tabiat
manusia sebagaimana yang Allah swt. ciptakan tidak suka beban yang memberatkan,
bosan dengan pekerjaan yang melelahkan, capek jika semua kesempatan tersita
untuk bekerja, lebih lagi pekerjaan yang membebani jiwa, seperti amal ibadah.
Karena kadang rasa bosan dan capek menyergap ke relung jiwa, sehingga
menyebabkan drop dan gagal. Manusia membutuhkan suasana yang bisa merehatkan
jiwanya, otaknya, dan fisiknya.”[1]
Karena itu Rasulullah
saw. bersabda: “Hendaknya (wajib) bagi kalian bekerja atau beramal yang tidak
memberatkan. Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan pernah bosan sampai
kalian sendiri merasa bosan.” HR. Muslim.[2]
Imam Abu Daud dalam
kumpulan Marasilnya mengatakan: “Rehatkan jiwa kalian sesaat kemudian sesaat
lagi.”[3]
Sholih Hasyim, S.Sos., Penulis Buku dan Dewan Syuro DPP Hidayatullah
>>> Bersambung....
Post a Comment