Mengapa Suami Sulit Mengekspresikan Cinta?

Oleh : Cahyadi Takariawan


“Sudah sepuluh tahun kami menikah, namun sampai sekarang belum pernah suami saya menyatakan perasaan cinta kepada saya. Jadi saya tidak tahu, apakah suami benar-benar mencintai saya”, kata Novi mengeluhkan suaminya, Budi.

Ketika hal itu dikonfirmasikan kepada Budi, ternyata ada kondisi yang sangat berbeda. “Bagaimana saya dikatakan tidak mencintai isteri dan keluarga? Saya bekerja keras mencari nafkah, semua itu untuk membahagiakan isteri dan anak-anak. Semua penghasilan saya, langsung saya berikan kepada isteri, bahkan sampai struk gaji pun saya serahkan kepada isteri. Apa itu bukan bukti cinta kepada isteri dan anak-anak?” ungkap Budi.

Sungguh unik suasana ketegangan di keluarga Budi dan Novi. Menurut Novi, Budi tidak mencintainya karena tidak pernah menyatakan dengan ungkapan. Sudah sepuluh tahun menikah tetapi Budi tidak pernah menyatakan perasan cinta kepada Novi, maka muncul keraguan dalam diri Novi, “Benarkah Budi mencintaiku? Jangan-jangan ia hanya berpura-pura mencintaiku...”

Padahal ternyata kekhawatiran Novi ini tidak memiliki dasar. Budi sangat tulus mencintai Novi, namun ia tidak bisa mengekspresikan dengan kata-kata. Ia mengekspresikan cintanya dengan kerja keras, mencari nafkah, dan memberikan semua penghasilannya kepada Novi. “Saya tidak pernah selingkuh, walaupun di kantor banyak sekali teman kerja perempuan. Apa masih diragukan cinta saya kepada Novi?” ungkap Budi.

Perbedaan Cara Mengekspresikan Cinta

Apa yang sesungguhnya terjadi pada Novi dan Budi? Ada sejumlah perbedaan pada rata-rata laki-laki dan perempuan dalam komunikasi. Perbedaan kondisi kejiwaan antara laki-laki dan perempuan tak jarang menimbulkan perbedaan dalam memahami makna hubungan di antara mereka. Suami merasa sudah memberikan bukti cinta kepada isteri dengan cara bekerja keras, namun isteri belum menemukan bukti cinta suami karena tidak ada ungkapan verbal yang menunjukkan kecintaan suami.

Konon, laki-laki cenderung lebih santai dalam memahami bukti cinta, sedangkan perempuan cenderung lebih serius. Sifat santai ini tak jarang membuat perempuan berpikir bahwa suaminya tidak menyukainya. Suami merasa sudah menyatakan cinta dengan caranya, sedangkan isteri tidak bisa menangkap maksud suami, karena isteri memiliki standar tersendiri dalam ungkapan cinta. Kebanyakan isteri menghendaki ungkapan verbal, seperti kata-kata cinta, pujian, dan ungkapan romantis lain yang menunjukkan kesungguhan cinta suami kepadanya.

Secara umum perempuan memang cenderung lebih suka ungkapan verbal, sehingga pernyataan dari suami sangat penting baginya. Ungkapan sayang, pernyataan terimakasih, maaf dan sebagainya, merupakan “hadiah” yang sangat menyenangkan hati isteri. Sementara rata-rata suamim menganggap ungkapan seperti sebagai basa-basi yang tidak diperlukan oleh orang “dewasa”. Kata-kata cinta itu dianggap hanya urusan anak-anak muda yang sedang jatuh cinta dan digunakan untuk merayu.

“Masak iya kita berumah tangga sudah sepuluh tahun, saya masih harus merayu isteri lagi?” ungkap Budi dengan heran.

Sering kali perempuan bertanya-tanya tentang perasaan cinta suaminya karena tidak pernah diekspresikan dengan ungkapan verbal. Padahal, kebanyakan suami memiliki cara sendiri untuk mengekspresikan cinta. Kalaupun tidak pernah menyatakan dengan verbal kata-kata “I love you” dan yang semacam itu, hal ini tidak berarti bahwa suami tidak mencintai isteri. Hanya saja, ada ego yang kuat sehingga kebanyak suami malu dan enggan untuk mengungkapkan perasaannya.

Penelitian menunjukkan adanya alur yang rumit antara laki-laki dan perempuan dalam masalah komunikasi. Laki-laki lebih sering bertindak meskipun dalam kondisi emosi tinggi, namun hal ini bisa berujung pada kekerasan. Laki-lakihanya mengetahui satu cara untuk mengatasinya. Mereka akan berhenti bicara ketika pasangannya mulai berbicara.

"Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, mulai dari tubuh, otak, sampai hormon testosteron dan estrogen. Hal ini membuat adanya perbedaan sikap dan perilaku antara laki-laki dan perempuan," ungkap Dr. Ruben Gur, dari University of Pennsylvania.

Sifat laki-laki seperti ini juga berguna sebagai mekanisme pertahanan dirinya dalam pekerjaan. Sifat bawaan ini juga menyebabkan emosi perempuan lebih cepat teredam dibanding dengan laki-laki. Meski laki-laki kurang sensitif terhadap lingkungan sekitar, namun lebih reaktif terhadap tingkat emosi perempuan.

Selain dalam hubungan dengan isteri, perbedaan sifat dan emosional antara laki-laki dan perempuan juga terjadi dalam hubungan ayah dan anak perempuannya. Banyak anak perempuan mengaku harus bekerja keras untuk bisa menciptakan interaksi emosional dengan ayah mereka. Sayang, tak semua berhasil membangun interaksi tersebut. Namun, ketika hubungan ayah dan anak perempuan dengan bermacam interaksinya ini diuraikan, jelas terlihat bahwa sang ayah sangat peduli pada putrinya. Hanya saja, hal itu tak ditampilkan langsung dalam ungkapan cinta secara verbal.

Bukannya tidak mungkin laki-laki mengekspresikan perasaan cinta terhadap pasangannya, namun memerlukan pembiasaan untuk mewujudkannya. Jika membiasakan diri untuk menyatakan cinta dengan ungkapan verbal, para suamipun akan terbiasa dengan kata-kata cinta. Hal itu akan lebih sesuai harapan isteri dan menenteramkan hatinya. Isteri akan lebih yakin dan mantap bahwa dirinya dicintai suami.

Cahyadi Takariawan, Penulis buku seri "Wonderful Family". Konselor dan Trainer diRumah Keluarga Indonesia (RKI) dan di Jogja Family Center (JFC). Anggota IKAL - XLV.


Sumber : www.pakcah.id
Foto : hidayatullah.com
Powered by Blogger.
close