Menjadi Guru Visioner
Oleh : Prihatiningsih, S.Si.
Guru, dalam Bahasa Jawa ada yang namanya “jarwa dhosok” atau
“kerata basa” yaitu (Jarwa: penjelasan; Dhosok: salah satu artinya adalah
menyatukan). Penjelasan dari sebuah kata dari penyatuan suku kata. Dari
pengertian tersebut, jika kita tarik kata GURU dengan makna “jarwa dhosok” maka
artinya adalah diGUgu lan ditiRU. Digugu artinya didengarkan
sedangkan ditiru adalah dicontoh. Makna ini lain dari kata guru secara
umum adalah orang yang mampu memberi contoh perilaku yang baik (uswatun
hasanah) terhadap anak didik maupun limgkungan sekitarnya. Makna ini sangat
dalam jika kita mencermatinya. Harapan yang begitu besar diamanahkan kepada
guru, baik guru sekolah, guru ngaji, guru kehidupan, atau apapun itu.
Harapan dan impian terkadang terlimpahkan kepada tittle guru
tersebut. Apalagi guru yang mendominasi kehidupan. Misalnya guru sekolah, guru
ngaji, atau guru pesantren. Hampir setengah hari lebih kehidupan anak
dipengaruhi oleh guru dan juga lingkungan belajarnya. Hal yang sering dinggap
enteng adalah menganggap bahwa belajar di sekolah hanya sebatas ilmu pelajaran
seperti matematika, IPA, IPS, dll tanpa memikirkan setelah mereka pulang
bagaimana? Apakah masih berlanjut belajar atau tidak? Pahamkah mereka dengan
apa yang disampaikan atau sekedar mengisi absen tanpa ada rasa “memiliki”
terhadap anak didik? Sedangkan makna guru yang teremban memiliki harapan yang
besar untuk mencerdaskan bangsa. Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan
ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk.
Oleh karena itu, guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agam Islam.
Dalam ajaran Islam pendidik disamakan ulama yang sangatlah dihargai
kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Allah maupun Rasul-Nya. Firman Allah Swt:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah 11)
Nah, bagaimana kita bisa menjadi guru yang memiliki visi dan misi
yang baik? Tentunya dengan kesadaran bahwa menjadi seorang guru bukanlah tittle
untuk berbangga-bangga, namun gelar yang sangat berat jika niat kita tidak
lurus. Niat yang lurus tercermin dari tanggungjawab yang baik. Selain itu,
penyampaian juga perlu diperhatikan agar tidak terlalu keras dan tidak terlalu
lembut, masing-masing memiliki porsi yang telah ditetapkan, sebagaimana yang
ada dalam hadist berikut :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي
مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
Rasulullah Saw bersabda: “Allah tidak mengutusku sebagai orang yang
kaku dan keras akan tetapi mengutusku sebagai seorang pendidik dan mempermudah”.
(HR. Muslim No 2703)
Maka adanya hadist-hadist dan Firman Allah ini harusnya mampu
memberikan motivasi spiritual agar niat yang lurus senantiasa mengiringi
langkah seorang guru/pendidik, karena dari motivasi spiritual biasanya akan
muncul semangat yang membara yang disertai dengan kesadaran bahwa apa yang kita
lakukan semata-mata hanya untuk meraih Ridha Allah SWT. Cara agar Allah Ridha
adalah melakukan hal yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang,
sehingga dalam proses belajar mengajar, harus dipahami bahwa apa yang diajarkan
harus sesuai dengan aturan Allah. Tauhid yang shahih, kesadaran beribadah yang
baik, dan juga menjalankan aturan tanpa paksaan.
Seorang pendidik harus memiliki jiwa pemimpin agar ia mampu
memberikan nasihat dan contoh yang dapat didengar dan dilaksanakan oleh para
anak didiknya. Maka, jadilah guru yang berwibawa dengan ilmu, santun dalam
perilaku, dan sopan dalam bergaul. Barakallahufiikum
Prihatiningsih, S.Si., Redaktur Majalah Fahma
Post a Comment