Perhatian dan Kasih Sayang


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Ada pertanyaan yang menggelitik tentang anak-anak yatim. Sebagian orang berkata, “Kenapa ya, Ustadz, anak-anak yatim kok banyak yang nakal? Apakah memang Allah jadikan anak yatim itu nakal agar menjadi ujian kesabaran bagi orang-orang di sekelilingnya?”

Seperti tubuh, jika terjadi defisiensi zat yang penting pada tubuh kita, maka kita akan sakit. Sebagian memiliki daya tahan yang kuat sehingga tidak sampai ambruk, tetapi badannya tetap sakit dan fisiknya melemah. Sebagian lainnya lebih kokoh, meski untuk beberapa saat badannya tak lagi bugar.

Sakitnya fisik mudah terlihat. Tidak bugarnya juga mudah tampak. Tetapi tidak bugarnya jiwa anak, kadang yang seharusnya perlu perawatan khusus pun malah dibiarkan begitu saja. Kehilangan orangtua membuat anak kehilangan asupan kasih-sayang, perhatian dan ketulusan dalam menerima mereka. Ini semua gizi jiwa. Kadang ada yang peduli, tetapi kerapkali hanya memuaskan dahaga fisik, bukan dahaga jiwa. Beruntunglah anak yatim yang memperoleh penerimaan tulus, perhatian dan kasih-sayang di hari-hari sesudah orangtuanya tiada.

Ada yang menjadi yatim karena ditinggal wafat orangtuanya, tetapi ada yang bernasib seperti anak yatim, meskipun kedua orangtua masih ada. Segar bugar, sehat wal ‘afiyat. Mereka tinggal serumah, tapi orangtua hanya menjadi donatur bagi anaknya. Mereka memberikan apa saja yang dapat dibeli dengan uang, tapi tidak memberinya perhatian, tidak pula menyisihkan waktunya untuk berbincang dan bercanda dengan anak-anaknya. Sebagian bahkan tak mengetahui apa saja yang dibeli oleh anak karena kedua orangtua hanya menyediakan uang. Bukan ketulusan hati dan perhatian.

Anak-anak itu seperti yatim piatu, tapi tak terdaftar. Mereka tidak dianggap yatim, sehingga kerapkali luput dari perhatian. Padahal mereka ini justru amat sangat memerlukan santunan. Bukan santunan harta karena orangtua mereka yang beralih fungsi sebagai donatur, sudah memberi melebihi yang mereka perlukan. Yang sangat mereka perlukan adalah santunan perhatian, penerimaan yang tulus dan kasih-sayang. Maka tak heran jika di sekolah mereka bertingkah.

~~~


Yang tersisa dari bincang di Malang.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Motivator
Powered by Blogger.
close