Semangat dan lkhlas dalam Bekerja
Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar
Bukan rahasia lagi kalau
orang bekerja adalah untuk mendapatkan gaji. Maka, jangan heran kalau semangat
(sebagian) orang yang bekerja sangat tergantung pada besaran gaji. Kalau
pendapatan yang diterima besar, semangatnya akan menggebu-gebu. Sebaliknya,
apabila pendapatan yang diterima kecil, semangatnya pun jadi lesu.Tentu saja,
hal ini tidak berlaku pada orang yang memang sangat memerlukan uang dan belum
memperoleh pekerjaan lain dengan gaji yang lebih besar.
Padahal cara
berpikir begitu sebetulnya keliru. Pertama, gaji yang rendah yang membuat kita
tidak bersemangat akan memengaruhi kualitas hasil kerja. Hasil pekerjaan kurang
berkualitas akan membuat atasan kecewa bahkan marah. Ekspresi kekecewaan atasan
bisa membuat kita enggan berangkat bekerja dan membolos Dan akhirnya, bukannya
naik pangkat atau gaji dinaikkan, tetapi kita malah bisa dipecat. Jadi,
pangkalnya yang keliru. Maka, bekerjalah tanpa bergantung pada gaji, InsyaAllah
kita akan Iebih sukses dan nyaman dalam bekerja.
Kedua, rezeki dari Allah
Ta'ala teramat luas dan tidak hanya melalui gaji. Instansi, perusahaan. lembaga
dan lain sebagainya hanya sebagai perantara. Rezeki dari-Nya bisa di manapun,
melalui perantara siapapun, dan dalam bentuk apapun. ”Dan Dia memberinya rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan siapa bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu
(QS.ath-Thalaq [65]:3)
Dengan demikian, semangat
dalam bekerja jangan bergantung pada gaji karena rezeki dari Allah tidak hanya
lewat gaji. Niatkan yang tulus kepada Allah dengan pekerjaan yang halal dan
baik, syari'at yang selalu dipegang, serta terus bekerja secara jujur,
disiplin, maksimal dan hasil pekerjaan berkualitas.
Biarkan saja jika atasan
tidak mengetahui karena Allah pasti memperhatikan. Abaikan juga atasan yang
tidak menghargai karena Allah pasti menghargai orang yang berbuat kebaikan dan
kejujuran. Allah pasti akan, memberikan ganjaran lewat jalan yang lain. Allah
Maha Perkasa Iagi Maha Mulia, dan kehendak-Nya pasti terjadi sekali pun hasil
pekerjaan kita yang berkualitas diklaim oleh orang lain, Jangan sakit hati
tetapi tetaplah tersenyum, itu cuma ujian keikhlasan. Hanya sebuah episode yang
diatur oleh Allah Ta'ala. Dia melihat dan mengetahui semuanya. Lanjutkan saja
bekerja dengan baik dan bagus. Ada waktunya Allah membukakan fakta yang
sebenarnya.
Ada istilah ”5 AS"
yaitu kerja keras, cerdas, berkualitas, tuntas, dan ikhlas. Kalau tidak tuntas,
ibarat keramas yang cuma sebelah. Tidak elok dilihatnya. Upayakan bekerja
secara maksimal agar setiap pekerjaan tuntas. Lakukanlah karena Allah semata.
Dengan keikhlasan, kita dapat terhindar dari iri dan dengki. Setelah menekuni
pekerjaan secara tuntas dan berkualitas, kita sudah tidak perlu iri atau dengki
terhadap kawan-kawan sekolah dulu yang hidupnya telah bermobil mewah. Jangankan
dengan teman sekelas, antara kita dan saudara-saudara kita dalam satu keluarga
pun garis hidupnya pasti berbeda.
Kita jangan protes kalau
adik atau kakak kita lebih kaya. Kita jangan pula membanding-bandingkan harta
dengan tetangga. Saat lebaran tiba, tidak usah sibuk merental atau Meminjam
bermacam kendaraan, perhiasan dan barang barang lainnya. Lebaran bukanlah musim
kompetisi kepemilikan di kampung. Perlombaan semacam itu sangat tidak baik.
Kita akan sengsara dibuatnya.
“Ketahuilah, sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling
berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan,
seperti hujan yang tanam-tanamannyula mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu Iihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak Iain hanyalah kesenangan yang palsu.”
(QS. al-Hadid [57]:20).
Dunia hanyalah kesenangan
yang menipu. Namun, wajib diingat kalau hal itu tidak lantas membuat kita
mengabaikan maupun mengutuknya. Penting bagi kita untuk terus beramal pada
jalur kebaikan dan bermanfaat tanpa harus membangga-banggakan rezeki yang
diperoleh, apalagi merekayasa atau membuat pencitraan supaya dihormati. Apa
adanya saja. Biasa-biasa saja. Normal-normal saja.
Saudaraku,
tiada satu pun kebaikan yang akan luput dari pengawasan dan pengetahuan Allah
Ta'ala. Tidak mungkin pahalanya tertukar. Dengan hasil pekerjaan yang tuntas
dan berkualitas, kita tidak harus mendapat pujian, penghargaan, penghormatan
maupun ucapan terima kasih dari orang Iain. Lurus saja dalam berbuat, cukup
berharap dan takut kepada-Nya. Allah yang akan mengangkat derajat kita bukan
manusia.
"Karunia terbaik
hanya bisa didapatkan melalui perjuangan dan pengorbanan terbaik pula. Dan,
yang terpenting bagi kita bukanlah mendapatkan apa yang kita inginkan, akan
tetapi mendapatkan yang terbaik menurut Allah. "
KH. Abdullah Gymnastiar, Dai Nasional
Sumber : FB KH Abdullah Gymnastiar
Post a Comment