Tak Usah Meminta Maaf

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Tidak akan pernah berubah. Selamanya sifat orang-orang munafik itu sebagaimana yang Allah 'Azza wa Jalla gambarkan dalam Al-Qur'an. Semakin bertambah kemunafikannya, maka akan semakin kuat melekat ciri-cirinya. Ia akan bermain-main, memperolok dan merendahkan ayat-ayat Al-Qur'an, Allah 'Azza wa Jalla serta Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam beserta seluruh yang dibawakan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Mereka lemahkan keyakinan kita terhadap sabda Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam dengan berbagai bentuk ucapan. Di masa kini, kita mendengar dari mulut lelaki yang tak terurus dirinya dengan menyebut, "Wong kabeh isik jare. Padahal semua baru katanya."

Kalau kemudian ada dari ucapannya yang tersebar sehingga melukai hati manusia, maka ia akan berkata hanya bercanda, bersenda gurau. Perkataan ini hanyalah untuk menyelamatkan diri dari murka manusia. Bukan karena takut kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Allah Ta'ala berfirman:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-Taubah, 9: 65).

Bila perlu ia akan meminta maaf untuk menunjukkan seolah-olah ia menyesali. Bahkan bila perlu meminta maaf lebih dari sekali. Tetapi tidak. Kita tidak memerlukannya. Sama sekali. Sebab orang-orang itu hanya meminta maaf, tetapi tidak menyesali. Tidak pula bertaubat. Maka apa hak kita memaafkan, sementara kesalahannya bukan kepada kita? Lebih dari itu, Allah Ta'ala telah perintahkan kita untuk berbicara kepada manusia yang mengolok Allah Ta'ala, Al-Qur'an serta Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam dengan ungkapan:

لَا تَعْتَذِرُوْا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْۗ اِنْ نَّعْفُ عَنْ طَاۤىِٕفَةٍ مِّنْكُمْ نُعَذِّبْ طَاۤىِٕفَةً ۢبِاَنَّهُمْ كَانُوْا مُجْرِمِيْنَ

"Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa." (QS. At-Taubah, 9: 66).

Orang-orang munafik itu bila perlu akan bersumpah untuk menunjukkan kesungguhan. Mereka ringan bersumpah untuk menipu manusia karena sumpah itu tak bernilai bagi mereka. Mudah bersumpah, mudah mengingkarinya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan." *(QS. Al-Munafiqun, 63: 2).*

Dan apabila tersudutkan, maka orang-orang munafik lainnya akan berdiri membela, berbicara dengan menggunakan hujjah agama. Tetapi tengoklah, apa yang selama ini mereka kerjakan. Menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, atau justru sebaliknya? Jangan terkejut jika mereka seolah-olah lantang menyuarakan yang haq. Tetapi tengoklah ke arah mana mereka selama ini berjalan.

Renungilah sejenak:

اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah, 9: 67).

Duhai... Bagaimana mungkin kepada orang yang Allah 'Azza wa Jalla saja perintahkan para sahabat dan muslimin seluruhnya untuk tidak memanggil Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam dengan panggilan seperti kepada orang lain pada umumnya, lalu ada yang memanggil dan menyebut dengan merendahkan kemudian kita anggap hal biasa??!

Allah Ta'ala berfirman:

لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ قَدْ يَعْلَمُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًاۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih." (QS. An-Nur, 24: 63).

Semoga kita dapat mengambil pelajaran. Semoga pula Allah Ta'ala karuniai kita iman yang bersih dan kokoh, jauh dari kemunafikan. Semoga Allah Ta'ala ampuni kita sekiranya bibit kemunafikannya itu ada pada diri kita dan Allah 'Azza wa Jalla bersihkan hingga tak tersisa.

Tidak akan pernah berubah. Selamanya sifat orang-orang munafik itu sebagaimana yang Allah 'Azza wa Jalla gambarkan dalam Al-Qur'an. Semakin bertambah kemunafikannya, maka akan semakin kuat melekat ciri-cirinya. Ia akan bermain-main, memperolok dan merendahkan ayat-ayat Al-Qur'an, Allah 'Azza wa Jalla serta Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam beserta seluruh yang dibawakan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Mereka lemahkan keyakinan kita terhadap sabda Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam dengan berbagai bentuk ucapan. Di masa kini, kita mendengar dari mulut lelaki yang tak terurus dirinya dengan menyebut, "Wong kabeh isik jare. Padahal semua baru katanya."

Kalau kemudian ada dari ucapannya yang tersebar sehingga melukai hati manusia, maka ia akan berkata hanya bercanda, bersenda gurau. Perkataan ini hanyalah untuk menyelamatkan diri dari murka manusia. Bukan karena takut kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Allah Ta'ala berfirman:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-Taubah, 9: 65).

Bila perlu ia akan meminta maaf untuk menunjukkan seolah-olah ia menyesali. Bahkan bila perlu meminta maaf lebih dari sekali. Tetapi tidak. Kita tidak memerlukannya. Sama sekali. Sebab orang-orang itu hanya meminta maaf, tetapi tidak menyesali. Tidak pula bertaubat. Maka apa hak kita memaafkan, sementara kesalahannya bukan kepada kita? Lebih dari itu, Allah Ta'ala telah perintahkan kita untuk berbicara kepada manusia yang mengolok Allah Ta'ala, Al-Qur'an serta Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam dengan ungkapan:

لَا تَعْتَذِرُوْا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْۗ اِنْ نَّعْفُ عَنْ طَاۤىِٕفَةٍ مِّنْكُمْ نُعَذِّبْ طَاۤىِٕفَةً ۢبِاَنَّهُمْ كَانُوْا مُجْرِمِيْنَ

"Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa." (QS. At-Taubah, 9: 66).

Orang-orang munafik itu bila perlu akan bersumpah untuk menunjukkan kesungguhan. Mereka ringan bersumpah untuk menipu manusia karena sumpah itu tak bernilai bagi mereka. Mudah bersumpah, mudah mengingkarinya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Munafiqun, 63: 2).

Dan apabila tersudutkan, maka orang-orang munafik lainnya akan berdiri membela, berbicara dengan menggunakan hujjah agama. Tetapi tengoklah, apa yang selama ini mereka kerjakan. Menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, atau justru sebaliknya? Jangan terkejut jika mereka seolah-olah lantang menyuarakan yang haq. Tetapi tengoklah ke arah mana mereka selama ini berjalan.

Renungilah sejenak:

اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik." (QS. At-Taubah, 9: 67).

Duhai... Bagaimana mungkin kepada orang yang Allah 'Azza wa Jalla saja perintahkan para sahabat dan muslimin seluruhnya untuk tidak memanggil Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam dengan panggilan seperti kepada orang lain pada umumnya, lalu ada yang memanggil dan menyebut dengan merendahkan kemudian kita anggap hal biasa??!

Allah Ta'ala berfirman:

لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ قَدْ يَعْلَمُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًاۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih." (QS. An-Nur, 24: 63).

Semoga kita dapat mengambil pelajaran. Semoga pula Allah Ta'ala karuniai kita iman yang bersih dan kokoh, jauh dari kemunafikan. Semoga Allah Ta'ala ampuni kita sekiranya bibit kemunafikannya itu ada pada diri kita dan Allah 'Azza wa Jalla bersihkan hingga tak tersisa.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Motivator Parenting
Powered by Blogger.
close