Takabur
Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar
"Ya Allah, cabutlah dari diri kami segala ketakaburan, sehalus apapun, dan golongkan kami menjadi orang yang tawadhu, benar-benar ikhlas karena Engkau. Amin ya Rabbal alamin.”
Saudaraku, penyakit hati itu berbeda dengan penyakit Iahir. Kalau penyakit lahir cepat merasanya, cepat mengakunya, ingin segera disembuhkan meskipun harus membayar mahal. Lain halnya dengan orang yang berpenyakit qalbu (hati), dia tidak mau mengaku, apalagi disembuhkan, bahkan menganggap orang lain yang berpenyakit.
Pernahkah bertemu dengan seseorang yang bawaannya tidak nyaman, tidak betah? Mengapa? Salah Satu sebabnya adalah orang tersebut memancarkan aura ketakaburan yang membuat kita tidak nyaman.
Orang sombong atau takabur akan memposisikan dirinya lebih dari orang Iain; lebih tinggi jabatannya, lebih berilmu, lebih dewasa, lebih bijaksana, lebih saleh, dan lebih banyak ibadahnya. Ketika naik, dia akan melihat orang lain lebih rendah, sehingga Iahirlah takabur.
Menurut Rasulullah Saw, takabur memiliki dua ciri, ”Orang yang takabur itu yang mendustakan kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” Makanya, orang-orang yang takabur itu akan terlihat dari raut muka, cara berdehem, cara menunjuk, cara duduknya. Dia akan menampilkan dirinya lebih dari orang Iain. Kata-katanya cenderung meremehkan, mencela, menghina, menertawakan orang Iain.Timbul sifat sombong. Padahal, hal ini ini amat dibenci oleh Allah Ta'ala. Apa yang mau disombongkan dari kita, manusia yang hina dan lemah?
Maka, Allah Ta'ala menghujamkan kegelisahan kepada orang yang takabur. Dia menjadi sosok yang jauh dari ketenangan. Dia tidak mau mendapat informasi dan nasihat apapun karena dia merasa paling benar. Dia menjadi antikritik dan anti dikoreksi. Ciri Iainnya adalah dia sangat sulit berterima kasih dan enggan meminta maaf. Apabila ada orang yang berbuat kebaikan kepada dirinya, itu dianggap sebagai sebuah keharusan. Maka, orang yang sombong itu jarang berterima kasih. Kalau pun berterima kasih hanya sekadar basa-basi.
Orang takabur dengan demikian adalah orang yang sangat bodoh dan pembohong. Dia bodoh karena tidak tahu bahwa dirinya hanya hamba Allah. Asalnya setetes sperma, ujungnya jadi bangkai, ke mana-mana bawa kotoran. Kalau tidur pun tidak berdaya. Dia juga seorang pembohong karena membohongi diri sendiri.Tahu bahwa mu dan fisiknya terbatas, tetapi merasa sok hebat. Dan, ketahuilah saudaraku, di antara semua jenis takabur, nada takabur terjahat selain mendustakan Allah dan di bawahnya lagi mendustakan Rasulullah SAW.
Bagaimana cara kita mengatasi penyakit ini? Tiada cara terbaik selain belajar tawadhu, rendah hati. Orang yang rendah hati itu nikmat bagi dirinya. Nikmat pula bagi orang Iain. Kita tidak akan pernah rugi menjadi pribadi yang rendah hati. Adapun yang pasti rugi adalah orang yang tinggi hati.
Semoga Allah Ta'aIa melindungi kita dari ketakaburan. Dan, semoga pula kita menjadi orang yang selalu merunduk ketika mendapatkan nasihat kebenaran. Kita berterima kasih kepada siapapun yang memberikan nasihat. Kita pun tidak sungkan untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan sekecil apapun. *
"Membawa tomat busuk di ranseI saja sudah amat sengsara, apalagi yang ke mana-mana membawa hati busuk, hati penuh dengki dan kesombongan."
KH. Abdullah Gymnastiar, Dai Nasional
Post a Comment