Enam Suara
Oleh : Akhid Nur Setiawan
Saya mencermati setidaknya ada enam suara yang harus betul-betul kita istimewakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Keenamnya perlu mendapat perhatian khusus dari setiap muslim. Ibarat pertanyaan pembawa acara saat membagikan doorprize, harus kita simak dan kita sikapi dengan tepat. Jika ingin beruntung mendapatkan doorprize, kita harus jeli mendengar suara pembawa acara di antara teriakan penonton lain di sekitar kita.
Pertama, suara adzan harus bisa menghentikan kita dari segala aktivitas. Barangsiapa yang mendengar dan menjawab adzan, lalu berdoa setelahnya, baginya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam janjikan syafaat nanti di hari kiamat. Jangan sampai kita mengabaikan suara adzan, apalagi menjadikannya olok-olok, permainan, atau senda gurau.
Kedua, suara seseorang menyebut nama Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam harus membuat kita serta merta membaca shalawat. Barangsiapa tidak membaca shalawat saat nama beliau shallallahu 'alaihi wa sallam disebut, maka orang itu termasuk orang yang pelit. Barangsiapa membaca shalawat sekali, Allah tetapkan baginya shalawat sepuluh kali.
Ketiga, suara orang membaca Al Quran harus membuat kita menyimak dan memperhatikan. Barangsiapa diperdengarkan Al Quran maka hendaklah ia menyimak dan memperhatikan agar dirahmati oleh Allah. Mendengarkan bacaan Al Quran bisa menambah keimanan.
Keempat, suara panggilan orang tua, terutama suara panggilan ibu harus bisa membuat seorang anak segera datang memenuhi panggilan itu. Seorang anak yang tidak bersegera memenuhi panggilan orang tua bisa kehilangan keridhaan orangtua. Kehilangan ridha orang tua bisa mengakibatkan masalah-masalah yang tidak terduga. Ridha Allah sesuai ridha orang tua, begitu juga murka-Nya. Serupa dengan itu, suara panggilan suami kepada istrinya.
Kelima, suara seorang guru yang menyampaikan ilmu di hadapan muridnya harus bisa membuat murid mengabaikan apa yang mengganggu konsentrasinya saat sedang memperhatikan pelajaran. Tidak rombongan sirkus lewat, tidak pasukan bregada karnaval lewat, tidak juga penjual tahu bulat lewat, semua itu tak boleh mengalihkan perhatian murid dari menyimak penjelasan guru. Para sahabat diam bagai menjaga burung di atas kepala mereka agar tidak terbang saat berada di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keenam, suara pemimpin yang memberi perintah harus bisa membuat makmum yang dipimpinnya mendengar lagi taat. Ketaatan kepada pemimpin menjadi bagian dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Selama perintah pemimpin tidak menyalahi perintah dan larangan Allah, "Sami'naa wa atha'naa."
Jika suara yang kita dengar sehari-hari penuh dengan kebisingan, mari coba jadikan enam suara tadi sebagai modulasi utama kita. Dengan mengutamakan enam suara tersebut semoga kelak di akhirat kita tidak akan mendengar suara yang sia-sia ataupun perkataan-perkataan dusta. Jangan sampai karena menyepelekan enam suara itu, nanti saat di hari penghamparan tiba kita dijadikan sibuk dengan urusan kita hingga tidak mendengar suara lembut Al Musyaffa' yang hendak mengajak kita menuju syafaatnya.
Akhid Nur Setiawan, Pendidik di SDIT Hidayatullah Yogyakarta
Saya mencermati setidaknya ada enam suara yang harus betul-betul kita istimewakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Keenamnya perlu mendapat perhatian khusus dari setiap muslim. Ibarat pertanyaan pembawa acara saat membagikan doorprize, harus kita simak dan kita sikapi dengan tepat. Jika ingin beruntung mendapatkan doorprize, kita harus jeli mendengar suara pembawa acara di antara teriakan penonton lain di sekitar kita.
Pertama, suara adzan harus bisa menghentikan kita dari segala aktivitas. Barangsiapa yang mendengar dan menjawab adzan, lalu berdoa setelahnya, baginya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam janjikan syafaat nanti di hari kiamat. Jangan sampai kita mengabaikan suara adzan, apalagi menjadikannya olok-olok, permainan, atau senda gurau.
Kedua, suara seseorang menyebut nama Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam harus membuat kita serta merta membaca shalawat. Barangsiapa tidak membaca shalawat saat nama beliau shallallahu 'alaihi wa sallam disebut, maka orang itu termasuk orang yang pelit. Barangsiapa membaca shalawat sekali, Allah tetapkan baginya shalawat sepuluh kali.
Ketiga, suara orang membaca Al Quran harus membuat kita menyimak dan memperhatikan. Barangsiapa diperdengarkan Al Quran maka hendaklah ia menyimak dan memperhatikan agar dirahmati oleh Allah. Mendengarkan bacaan Al Quran bisa menambah keimanan.
Keempat, suara panggilan orang tua, terutama suara panggilan ibu harus bisa membuat seorang anak segera datang memenuhi panggilan itu. Seorang anak yang tidak bersegera memenuhi panggilan orang tua bisa kehilangan keridhaan orangtua. Kehilangan ridha orang tua bisa mengakibatkan masalah-masalah yang tidak terduga. Ridha Allah sesuai ridha orang tua, begitu juga murka-Nya. Serupa dengan itu, suara panggilan suami kepada istrinya.
Kelima, suara seorang guru yang menyampaikan ilmu di hadapan muridnya harus bisa membuat murid mengabaikan apa yang mengganggu konsentrasinya saat sedang memperhatikan pelajaran. Tidak rombongan sirkus lewat, tidak pasukan bregada karnaval lewat, tidak juga penjual tahu bulat lewat, semua itu tak boleh mengalihkan perhatian murid dari menyimak penjelasan guru. Para sahabat diam bagai menjaga burung di atas kepala mereka agar tidak terbang saat berada di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keenam, suara pemimpin yang memberi perintah harus bisa membuat makmum yang dipimpinnya mendengar lagi taat. Ketaatan kepada pemimpin menjadi bagian dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Selama perintah pemimpin tidak menyalahi perintah dan larangan Allah, "Sami'naa wa atha'naa."
Jika suara yang kita dengar sehari-hari penuh dengan kebisingan, mari coba jadikan enam suara tadi sebagai modulasi utama kita. Dengan mengutamakan enam suara tersebut semoga kelak di akhirat kita tidak akan mendengar suara yang sia-sia ataupun perkataan-perkataan dusta. Jangan sampai karena menyepelekan enam suara itu, nanti saat di hari penghamparan tiba kita dijadikan sibuk dengan urusan kita hingga tidak mendengar suara lembut Al Musyaffa' yang hendak mengajak kita menuju syafaatnya.
Akhid Nur Setiawan, Pendidik di SDIT Hidayatullah Yogyakarta
Post a Comment