Guru Kehidupan : Dedikasi Tinggi Seorang Pengabdi
Oleh : Atin
Pekerjaan
adalah sesuatu yang sangat melekat pada setiap manusia yang hidup secara
normal. Semua perkerjaan pasti dilakukan selama dia masih mampu.
Saat aku
mulai mengarungi samudera kehidupan yang berbeda dari biasanya, terkadang rasa jetlag itu masih meliputi nafsu idealis
yang ada. Dari dunia mahasiswa menuju dunia kerja..
Sekali
saja, Allah tak akan pernah salah menempatkan kita diposisi yang ada. Mungkin jika kita kurang nyaman, bukan Allah
yang salah menempatkan atau kita tidak sesuai dengan ritmenya, tapi coba kita
yang menyesuaikan dan berfikir "Oh aku harus nya begini", sehingga
akhirnya bisa sejalan dengan ritme kerja yang ada.
Bicara
tentang dedikasi, tidak semua orang memiliki. Hanya dia yang mampu menjiwai
setiap profesi dengan nurani yang bersih dan suci. Tidak ada niat buruk yang
hinggap di kepala saat menjalani setiap inchi profesi yang dihadapi. Bukan
seberapa kuat posisi dia dalam ruang kerjanya, tapi seberapa besar pengorbanan
dan keikhlasan yang dia punya untuk mengerjakan setiap masalah yang ada. Membantu urusan orang lain, yang sudah cukup
membuatnya bahagia. Entah ada atau tidak tambahan upahnya, yang jelas, kebahagiaan
itu hadir sejalan dengan tuntasnya kerja yang ada.
Pekerjaan
dan dedikasi adalah 2 hal yang harus dimiliki oleh seorang insan yang mengharap
Ridho Illahi. Bahkan, kalaupun dia ditakdirkan harus menjadi seorang penyapu
jalanan, hendaknya dia menyapu jalan dengan sempurna selayaknya Chairil Anwar
yang menyuratkan bait-bait puisinya. Begitu juga dengan profesi lain, hendaknya
mengerjakan setiap amanah yang dibebankan dengan sungguh-sungguh.
Mendedikasikan
diri dari awal, mengazamkan niat saat pertama amanah itu datang. Bukan untuk
mencari pujian atau gaji tambahan, tapi untuk menuntaskan amanah yang diemban, agar
tidak menyisakan siksa saat kita telah dimakamkan.
Aku, selalu
tak mampu menahan air mata saat melihat pengorbanan orang-orang yang begitu
besar untuk satu amanah pekerjaan yang ada.
Bukan aku merasa kasihan terhadap bertumpuknya kerjaan, tapi karena aku
iri, mereka yang sudah tidak muda saja mampu, bagaimana dengan aku yang masih
muda namun suka mengeluh?
Menganggap
amanah itu beban yang sangat berat, padahal amanah bukanlah beban, dia adalah
pemberat amalan yang Allah sediakan saat kita menjalankan dengan hati yang
lapang. Menganggap apa yang mereka kerjakan bukanlah apa-apa. Ini nih yang membuat aku sangat terkesan. Seakan
dia sedang menerapkan peribahasa "Tangan kanan memberi, tangan kiri tak
tahu", ya… mereka itulah sesungguhnya peribahasa itu. Keikhlasan itu
begitu terlihat jelas di dalam jiwa-jiwa mereka.
Oh
Allah, bagaimana bisa aku menahan airmata sata Engkau mempertemukan aku dengan
orang-orang hebat yang selalu memberiku inspirasi dan membakar kembali semangat
saat api itu sudah mulai padam? Air mata haru atas kasih sayang Allah yang
selalu menyadarkan bahwa aku tidaklah boleh menjadi wanita yang mudah menyerah
dan putus Asa.
Allah
memang Maha Tahu. Dia tahu kalau makhluknya ini masih suka mengeluh dan kurang
sabar, sehingga Dia datangkan langsung di depan mata, orang yang menyadarkan
"tidur panjangku" selama ini.
Wahai
anak muda, seberapa besar dedikasimu atas profesi indahmu itu?
"GURU"
Terimakasih
guru kehidupanku. Semoga Allah senantiasa menjagamu.
Atin, Pimpinan Redaksi www.majalahfahma.com
Post a Comment