Lahirkan Kembali Anakmu, Allah Akan Jadikan Bibit Unggul


Oleh : Imam Nawawi 

Beberapa waktu yang lalu, Allah mudahkan langkah kaki saya memenuhi undangan aqiqah teman untuk anaknya yang keempat. Sengaja saya datang lebih awal agar bisa menyimak taushiyah atau hikmah aqiqah. Bagikuini penting untuk membuat konten blog lebih variatif.

Subhanalloh, ternyata yang membawakan materi hikmah aqiqah adalah Ustadz Zainuddin Musaddad. Sosok ayah yang sukses menjadikan ke enam anaknya menjadi penghafal Qur’an.

Seperti biasa, saya juga dag-dig-dug kalau beliau bicara. Bukan apa-apa, nama saya sering beliau sebut. Bukan soal enak atau tidak enak, khawatir yang muncul pertanyaan sementara fokus kemana-mana, maklum banyak yang datang belakangan dan tentu saja saya juga mesti ikut menawarkan tempat duduk yang baik.

Aha, ternyata benar, di sebut juga namaku, pertanyaan lagi yang disampaikan. “Jadi, apa tadi, Pak, Imam Nawawi?”

“Apa sudah kujawab ini,” batinku. Beruntung beliau sekedar ingin mengabsenku nampaknya

“Lahirkan saja lagi (anak) karena Allah sudah memberikan nama kepada tempat di mana janin tumbuh dengan namanya, yakni Rahim. Jadi, lahirkanlah bibit-bibit unggul.

Allah lahirkan Rahim itu untuk melukis. Dan, lukisan Allah tidak pernah jelek. Laqod kholaqnal insana fii ahsani taqwim. Satu,” ucap beliau dengan tekanan suara yang begitu kuat.

Secepat kilat mataku menyisir wajah para hadirin, rata-rata tersenyum. Entah apa maknanya. Tapi yang jelas menambah anak nampaknya menjadi tantangan tersendiri, terlebih di zaman now. Dimana ungkapan banyak anak banyak rezeki sudah tak lagi diyakini sebagai aksioma.

Bahkan di awal ini telah didobrak oleh pria yang di Balikpapan itu akrab disapa, Abah.
“Jadi, untuk orang yang beriman itu, (anak) empat, masih sedikit. Karena Allah menyiapkan bibit unggul. Sampai namanya diberi nama Rahim.

Saya perlu sampaikan ini, karena menghadapi akhir zaman, pikiran kita sepertinya mengatakan, Allah itu tidak akan mampu lagi memberi kita makan. Dan, itu berbahaya,” tegasnya.

Sekitar sebulan sebelum hikmah aqiqah ini saya dengarkan, seorang pria yang kira-kira hampir 60 tahun mengungkapkan perasaannya.

 “Anak dua itu kurang. Tapi itu bisa Anda rasakan ketika sudah tidak muda lagi dan anak-anak mulai belajar untuk mandiri baik pergi jauh karena kuliah, lebih-lebih kala telah berumah tangga. Anda akan merasa kehilangan dan kala itu kesepian telah menjadi pakaian Anda.”

Harus jujur diakui secara terbuka, kebanyakan orang saat ini, takut memiliki banyak anak. Rasional mungkin sepintas jika dihubungkan dengan situasi ekonomi yang belum pernah benar-benar memihak rakyat.

Tetapi, apakah iya, kondisi yang demikian adalah alasan yang benar untuk tidak punya banyak anak? Padahal, soal rezeki, Allah telah jamin, ada.

“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24).

Bahkan, jika pun miskin, Allah akan berikan kecukupan.
 “Artinya : Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan (kamu). Kami akan memberi rizki kepada kamu dan kepada mereka.” (QS. Al-An’aam:151).

 “Artinya : Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang sangat besar.” (QS. Al-Israa : 31).

Kemudian, Ustadz Zain melanjutkan. “Begitu bayi lahir, Allah sediakan Air Susu Ibu (ASI). Miskiiin sekali, tapi karena tetesan Air Susu Ibu itu bagus dengan kasih sayang bapaknya, maka cukup untuk melahirkan generasi jenius.

Ini dibuktikan. Sahabat-sahabat Rasulullah yang “sangat miskin” seperti Abu Musa Al-Anshori, Abu Hurairah, Amar bin Yasir, Zaid bin Haritsah, ini kan manusia yang miskin-miskin yang ada di Ahlus Suffah. Tapi dari mereka lahir manusia-manusia besar.

Jadi, ASI itu adalah super nutrisi (bagi bayi) yang tidak perlu merepotkan orang tua dengan makanan-makanan tambahan apapun selama dua tahun,” ucapnya mantap.

Maha Memberi Rezeki Allah Ta’ala, maka jangan sedikit pun keimanan kita kepada-Nya tergeser karena alasan rasional, empiris atau apapun.
Sungguh Allah Maha Adil dan mustahil Allah akan menelantarkan makhluk yang Allah ciptakan sendiri, sedang Dia adalah Ar-Rozak, yang Maha Memberi Rezeki. Dan, jika kita luangkan waktu sejenak, pernahkah dalam sedetik kita bernafas tanpa rezeki dari-Nya??? Allahu a’lam.||

Penulis : Imam Nawawi, Penulis Lepas 
Foto      : Google 

Powered by Blogger.
close