Serangan Jantung di Pagi Hari
Oleh : Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A
Pada suatu sore, saya, istri
dan anak kami yang perempuan mengobrol tentang berita salah temannya yang
meninggal dunia secara mendadak dalam usia yang relatif muda. Sebelum meninggal
dia juga tidak pernah mengeluhkan rasa sakit.
Informasi yang kami dengar,
temannya meninggal dunia karena serangan jantung, meskipun tanpa didahului dengan
gejala rasa sakit yang signifikan. Dalam diskusi sore itu saya lebih banyak
sebagai pendengar, karena mereka berdua bisa berdiskusi tentang kesehatan
secara luas. Maklum anak perempuan bekerja di rumah sakit dan istri pensiunan dosen
fakultas Farmasi. Penyakit ini memang bisa menyerang siapa saja, dan
kapan pun. Namun pada kenyataannya, serangan jantung mendadak ini sering
terjadi di pagi hari,
dan serangan di pagi hari lebih berbahaya, tidak tertutup kemungkinan sampai ke
kematian.
Semula saya yang
berlatarbelakang pendidikan bidang teknik kurang bisa memahami mengapa serangan
jantung justru lebih sering terjadi pada pagi hari, bukannya malam atau sore
hari di mana orang-orang berada pada puncak kelelahan, setelah sepanjang hari melakukan
segala macam aktivitas. Namun setelah dijelaskan, akhirnya saya bisa menerima
juga. Dalam berbagai penelitian terhadap ribuan kasus penyakit jantung. Hasil
penelitian itu mengungkapkan bahwa serangan jantung yang terjadi di pagi hari ternyata
terkait dengan jam biologis tubuh. Yang artinya setiap organ tubuh kita
memiliki jadwal-jadwal tertentu, kapan saat organ itu bekerja secara maksimal
atau justru sedang istirahat.
Setelah
organ-organ tubuh bekerja lambat atau beristirahat pada malam hari, maka pagi
harinya setelah kita bangun, secara otomatis organ-organ tersebut mempersiapkan
diri untuk kembali bekerja normal. Untuk bisa bekerja kembali secara normal ini,
setiap organ membutuhkan energi lebih. Sehingga mudah dipahami kalau mereka
membutuhkan darah dan makanan yang lebih cepat di pagi hari. Hal ini akan menyebabkan
jantung harus memompa darah dengan kapasitas yang lebih besar. Selain itu, di
pagi hari, pembuluh darah juga cenderung menyempit dan penyempitan ini menyebabkan
kerja jantung jadi makin berat.
Fenomena
penyempitan saluran yang menyebabkan kenaikan kerja jantung ini telah
mengingatkan saya pada mata kuliah Mekanika Fluida yang saya pelajari sewaktu
masih menjadi mahasiswa di Teknik Mesin. Ketika saluran menyempit maka kerja
pompa yang bertugas mengalirkan cairan menjadi semakin berat. Semakin kecil
salurannya semakin berat kerja pompa tersebut. Padahal diameter pembuluh darah
sangat kecil, ordenya milimeter. Secara sepintas seharusnya pompa yang
dipergunakan untuk mengalirkan darah yang tidak lain adalah jantung,
membutuhkan energi yang sangat besar, karena selain kecil, pembuluh darah kita panjangnya
mencapai puluhan ribu kilometer. Namun dengan kesempurnaan ciptaannya, jantung
yang fungsinya sebagai pompa, hanya dengan gerakan mengembang dan mengecil saja
sudah mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh, Allah Maha Sempurna dengan
segala ciptaan-Nya.
Ketika
merenungkan, bahwa kerja jantung yang berat di pagi hari akan bisa berubah
menjadi serangan jantung jika ada penyumbatan di pembuluh darah, maka
seharusnyalah kita sangat bersyukur ketika bangun tidur kita masih bisa menggerakkan
semua anggota badan. Tanpa mengalami kesulitan bernafas, sesak di dada, ketidaknyamanan
pada bagian lengan dan leher, tidak berdebar-debar, dan tanpa keringat dingin, serta
tanpa rasa mual, yang artinya tidak ada tanda-tanda serangan jantung pada tubuh
kita. Berarti di pagi hari itu, jantung kita masih mampu bekerja lebih berat,
masih mampu melayani permintaan darah yang lebih untuk memenuhi kebutuhan semua
organ tubuh kita, yang sebelumnya masih dalam kondisi istirahat.
Untuk
bersyukur ini, junjungan nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan tuntunan pada kita semua, agar
ketika bangun tidur kita tidak lupa mengucap “Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan
kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan”. (HR. Bukhari), atau “Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan telah mengembalikan
ruhku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepada-Nya. (HR. Tirmidzi). Wallahu A’lam Bishawab.||
Penulis : Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A, Pimpinan Umum Majalah Fahma, Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gajah Mada
Foto : Google
Post a Comment