Ingin Jadi Guru Hebat? Kuasai 5 Teknik Mengajar Ini

Dulu, guru disebut sebagai pahlawan tanpa
tanda jasa. Sebab berkat guru, anak didik menjadi pribadi yang unggul untuk
membangun masa depan bangsa. Orang bisa sukses juga karena sekolah dan mendapat
ilmu dari guru.
Kini, menjadi seorang guru adalah pilihan yang
memang butuh "passion". Jika tidak, maka bakal menderita dengan
berbagai lika-liku kehidupan seorang tenaga pendidik.
Namun berbeda dengan guru yang satu ini.
Meski masih berstatus guru honorer, Rahmawati, M.Pd. alumni Jurusan Pendidikan
Sejarah IKIP Jakarta Angkatan 1991 (kini Universitas Negeri Jakarta/ UNJ) ingin
menjadi guru seutuhnya.
Dilansir dari laman IKA UNJ, dijelaskan bahwa
Rahmawati banyak membukukan prestasi nasional. Berturut-turut selama 2 tahun:
2013-2014, Rahmawati meraih juara I nasional lomba hemat energi (LHE) untuk
Sekolah dari Kementerian ESDM dalam kategori Manajer Sekolah Hemat Energi.
Kemudian pada tahun 2014, ia meraih juara I
nasional dari Kementerian ESDM untuk kategori The Best Mother School. Prestasi
nasional juara I kembali diraihnya saat membawa hasil riset lapangan, dan
belajar bersamanya di SMK 1 Cikarang Barat dalam lomba Inovasi Pembelajaran
Karakter Bangsa SMK Tingkat Nasional yang diselenggarakan Kemendikbud RI pada
2017.
Berkali-kali, Rahmawati juga menjadi
narasumber seminar nasional serta internasional. Lantas, apa kunci yang
dijalankan Rahmawati hingga berprestasi di tingkat nasional tersebut?
Ternyata, dia memiliki teknik mengajar yang
unik. Berikut 5 teknik mengajar yang dibagikan Rahmawati kepada mahasiswa calon
guru agar menjadi guru hebat pada Reboan Pendidikan Forum Diskusi Pedagogik IKA
UNJ, 2 Desember 2019.
1. Bangga
profesi guru
Hal pertama ialah harus bangga dengan profesi
sebagai seorang guru. Jika tidak bangga maka bisa menderita dan merasa lelah.
2. Bersikap
baik pada siswa
Syarat menjadi guru yang bisa diterima dan
tidak dimusuhi oleh para murid, yaitu dengan tidak berkata dan bersikap yang
menimbulkan perasaan trauma kepada para siswa-siswi.
3. Beri
contoh baik
Rahmawati ingin calon guru atau para
mahasiswa bisa bersikap profesional. Dia mencontohkan bahwa dirinya tidak
datang terlambat di sekolah, maka siswa juga tidak akan datang terlambat.
4. Tanamkan
sikap positif
Ketika mengajar di SMK Cikarang Barat, dia
bertemu dengan anak-anak yang ketahuan habis tawuran karena kepalanya plontos.
Namun kepada anak itu dia mengatakan bahwa
"kamu pasti akan jadi ABRI". Sebab, kalau dia berkata habis tawuran
maka siswa akan membencinya seumur hidup.
Intinya, kalau guru menanamkan sikap positif
pada anak maka anak akan melihat positifnya guru. Disisi lain, anak justru akan
mengubah diri menjadi motivasi yang lebih positif.
5. Membuka
diri belajar dengan siswa
Prestasi yang diraih Rahmawati tingkat
nasional pada 2013 dan 2014 itu karena dia bisa dekat dengan siswa dan membuka
diri untuk belajar bersama siswa.
Dia berharap, para guru sebaiknya lebih mampu
membuka diri belajar dengan para muridnya. Pembelajaran ini akan memberikan
suatu makna sebagai guru harus sama-sama belajar dengan siswa.
"Jadi jangan malu, sebab sekolah itu
memberikan tempat kita bertemu dan berinteraksi, maka budaya belajar lebih
mudah terbentuk," ujarnya. Apalagi anak zaman sekarang, kedekatan dengan
seorang guru lebih senang sebagai seorang kawan," ujarnya. "Jadi
bukan antara atasan dengan bawahan. Metode ini saya bawa dengan budaya belajar
bersama, sehingga siswa belajar saya juga belajar. Mereka lebih nyaman, lebih
enjoy dan ini sangat menyenangkan,” jelas Rahmawati yang menjadi wisudawan
terbaik IKIP Jakarta tahun 1996.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ingin Jadi Guru Hebat? Kuasai 5 Teknik Mengajar Ini", https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/08/17000051/ingin-jadi-guru-hebat-kuasai-5-teknik-mengajar-ini?page=2. Penulis : Albertus Adit Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ingin Jadi Guru Hebat? Kuasai 5 Teknik Mengajar Ini", https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/08/17000051/ingin-jadi-guru-hebat-kuasai-5-teknik-mengajar-ini?page=2. Penulis : Albertus Adit Editor : Yohanes Enggar Harususilo
Post a Comment