Istirahat Sekolah? Asyik dengan Caraku




Oleh: Prihatiningsih 

Krrriingg” tanda bel istirahat telah dibunyikan, beberapa anak berhamburan keluar kelas dengan ceria melepas penat yang ada setelah sedari pagi mengikuti pelajaran dengan antusiasnya. Dari sekian anak yang berhamburan, ada anak yang sangat tenang tetap duduk di kelas. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan bunyi bel yang dinanti-nantikan oleh kebanyakan murid di sekolahnya. Sebut saja namanya Tina. Anak yang terbilang biasa saja, namun begitu tekun dalam mendalami pelajaran yang sudah diperoleh maupun akan didapatkan.

Tidak ada yang berbeda dengan anak ini dalam kebiasaannya. Namun, setiap jam istirahat, dia jarang sekali terlihat berada diluar bermain dengan teman kelasnya. Penasaran dengan yang dilakukan anak itu, salah satu guru pun menghampirinya dan menyapa, “Waaah Mbak Tina sedang apa? Kok ndak ikut istirahat?”Kata guru tersebut dengan lembut. Tina mendongakkan sedikit kepalanya dan menjawab “Sedang hafalan Bu, tadi sudah istirahat shalat dhuha kok”, ucap Tina dengan malu-malu. “Waaah, maasyaaAllaah Mbak Tina, ga pengen istirahat beli sesuatu untuk dimakan?Lanjut Sang Guru, “Tidak Bu, tadi sudah dapat snack dari sekolah”, lanjut Tina. Terlihat sekali ketenangan anak ini saat diajak mengobrol oleh Ibu Guru tersebut.

Kejadian ini membuatku sangat ingin mengetahui siapa sosok hebat yang telah mendidik anak ini menjadi sedemikian itu. Begitu luar biasanya ayah bunda yang telah mampu menanamkan akhlak seperti itu. Ia rela tidak keluar kelas demi menambah hafalan dan mempelajari ulang apa yang telah disampaikan oleh gurunya di sekolah. Sungguh ketekunan yang luar biasa untuk anak usia 7 tahun.

Dia telah menjadikan persepsi istirahat dengan caranya sendiri. Ekspresi kenyamanan yang nyata terlihat dari wajah dan sikapnya. Istirahat bukan selalu tentang jajan di luar atau bermain dengan teman sebaya, bahkan dia menjadikan istirahat itu asyik dengan persepsinya serta mengubah pola pikir kita, bahwa istirahat bukan sekedar menghabiskan waktu untuk senang-senang semata. Ada sepasang mata yang haus untuk membaca, ada pikiran yang meronta ingin dipenuhi rasa penasarannya, ada pula tangan yang gatal untuk membuka lembaran-lembaran kertas yang berisi ilmu dunia maupun isinya.

Juz 29 dalam Al Qur’an, ada sekitar 11 surat. Tina telah berhasil menghafalkan dengan sangat baik hingga separuhnya. Sekitar 6 surat dalam juz 29 telah dia hafal dalam waktu 4 bulan. Dibalik tugas sekolah yang menanti dirumah, proyek yang harus dia kerjakan, ada Al Qur’an yang juga menjadi prioritas SMungil itu.

Dia mengaku bahwa setiap malam selalu menambah hafalan minimal 5 ayat yang dibersamai oleh ayah bundanya. Bahkan dia juga berkata “Kalau aku bisa menghafal 1 surat dengan lancar, nanti ayah kasih aku hadiah Bu”, kata Tina sambil berbinar matanya. 

Kemudian Bu Guru menanggapi “Apa hadiahnya,Nak?”, masih dengan mata yang berbinar Tina menjawab, “Hadiahnya S Bu”. Pikir si Bu Guru, hadiahnya semacam ekrim, namun sungguh diluar dugaan, dia menegaskan bahwa S bukanlah es krim atau es minuman, namun S yang dimaksud adalah sayang. Begitu orangtua Tina mendidik. Memberikan apresiasi terhadap capaian anak dengan cara sederhana, namun mampu memberikan kesan yang mendalam pada diri si Anak. 

Penulis : Prihatiningsih, S.Si., Guru SDIT Hidayatullah Sleman 
Foto      : Google
Powered by Blogger.
close