Memahami Pola Asuh Anak
Oleh: Indayana Ratna Sari, S.Si.
Menjadi orangtua bukanlah perkara remeh. Ada suatu
anugerah dan amanah besar yang harus ditanggung, yaitu anak. Anak adalah amanah
dari Allah untuk mereka yang disebut orangtua. Oleh karena itu orangtua
mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap anak-anaknya. Dalam menjalankan tanggungjawabnya
tersebut, orangtua harus memahami kewajiban mereka terhadap anak dan paham
bagaimana menjadi orangtua yang baik bagi anak.
Pemahaman orangtua akan kewajibannya terhadap
anak kadang perlu untuk selalu disadarkan dan diingatkan. Sebab saat ini banyak
orangtua lupa dan melalaikan kewajibannya tersebut. Adapun dalam islam
diajarkan hak-hak anak yang wajib dipenuhi oleh orang tuanya adalah pertama, memberikan nama yang baik. Kedua, memilihkan ibu yang baik
untuknya. Ketiga, mengajarkan anak
Al-Qur’an. Keempat, memberikan nafkah
dan makanan yang baik lagi halal. Kelima,
Menikahkannya terutama anak perempuan dengan pasangan yang baik.
Hal lain yang harus diperhatikan oleh orangtua
ialah memahami bagaimana menjadi orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Orangtua
yang baik adalah mereka yang paham bagaimana mendidik anak dengan baik, paham
dan bijak dalam memilih pola asuh anak sehingga anak merasa dihargai dan
dicintai.
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua akan
berdampak terhadap kepribadian kemudian akan membentuk karakter anak. Oleh
karena itu orangtua perlu memahami bagaimana pola asuh yang bijak bagi anak.
Menurut penelitian ada 3 pola asuh dominan yang sering dilakukan oleh orangtua
terhadap anak, yaitu :
Pertama, pola asuh otoriter, pola asuh
yang terlalu menuntut terhadap anak. Pola asuh ini memerankan dominannya peran
orangtua terhadap anak, mengkerdilkan peran anak, sehingga anak akan merasa
terbatas dalam berbicara dan mengambil keputusan. Sikap otoriter akan
mengesankan keegoisan orangtua. Menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang
diperintahkan orangtua, memberikan aturan-aturan yang memaksa tanpa menanyakan
apakah anak bersedia dan senang melakukan hal tersebut justru akan menekan
psikis anak. Dampak negatif yang mungkin akan anak alami akibat dari pola asuh
orangtua yang otoriter ialah anak akan mudah merasa cemas dan khawatir, kurang
mandiri, sulit mengambil keputusan dan sulit untuk bersosialisasi.
Kedua, pola asuh yang permisif. Pola
asuh seperti ini memperlihatkan peran orangtua yang kurang terlibat dalam
kehidupan anak, sikap orangtua yang dingin, tidak terlalu ingin ikut campur
urusan anak, membiarkan anak mengambil keputusannya sendiri tanpa kontrol orangtua,
dan membebaskan anak bersikap dan berpikir sesuai kehendaknya sendiri.
Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi anak yang kurang disiplin karena kurangnya
aturan yang diberikan oleh orangtua. Selain itu anak akan bersikap seenaknya terhadap lingkungan di sekitarnya. Bahkan
anak akan tumbuh menjadi anak yang berakhlak buruk karena kurangnya aturan dan longgarnya
kontrol dari orangtua.
Ketiga adalah pola asuh yang otoritatif.
Pola ini termasuk
pola yang bijak, di mana orangtua
tidak menuntut dan tidak permisif kepada anak. Orangtua yang otoritatif memerankan peran
orangtua yang tidak dingin dan cuek namun juga tidak mengekang dan memaksa.
Anak diajarkan bagaimana mengambil keputusan yang baik, anak diberi aturan yang
tidak memberatkan, anak didorong untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat,
diberi hadiah ketika mematuhi aturan yang ditetapkan, anak diarahkan dan
diberikan sanksi berefek jera ketika anak melakukan kesalahan dan melanggar
aturan yang diberikan..
Maka sebagai orangtua, tentunya kita harus
mempersiapkan dan memahami peran kita sebagai orangtua, terutama dalam hal
kewajiban sebagai orangtua, dalam hal mendidik dan memilih pola asuh yang bijak
bagi anak, sehingga kelak akan tumbuh anak-anak yang berkarakter.||
Penulis : Indayana Ratna Sari, S.Si. Mahasiswi Pendidikan Kimia Pascasarjana UNY
Foto : Google
Post a Comment