Membangun Akidah Calon Pemimpin
Oleh: Drs. Slamet Waltoyo
Pemimpin adalah wakil dari anggotanya.
Pemimpin umat adalah wakil dari umat. Hal paling menonjol yang dituntut dari
seorang pemimpin adalah tanggungjawab. Sebagaimana sabda Rasulullah; “ Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”. Maka seorang
pemimpin harus kuat. Kuat dalam memegang amanah. Karena kepemimpinan adalah
amanah dari Sang Maha Pengatur, Allah
Ta’ala.
Pemimpin umat harus mempunyai ikatan
yang kuat terhadap ketauhidan. Tauhid yang mengikat visinya, tauhid yang
mengikat tujuan dan cita-cita umat, tauhid yang mengikat gerak langkah
kegiatannya, tauhid yang mengikat tutur katanya. Inilah
yang kita maksud dengan Aqidah Pemimpin. Ada ikatan tauhid yang kuat pada
dirinya.
Sekolah atau madrasah sebagai pencetak
kader pemimpin harus memberikan ruang dan perhatian dalam mengisi kompetensi
inti (KI) yang pertama dan yang kedua (Kompetensi Spiritual dan Kompetensi
Sosial). Sehingga mampu terajud, terpilin dan menjadi ikatan yang kuat terhadap
tauhid.
Sangat penting untuk dihidupkan
pembiasaan dan pemaknaan dari dua kalimat doa yang populer yaitu;
1.
Rodhitu
billahi robba wabil islamidina wabi muhammadin nabiyya barasula
2.
Innashalati
wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil ‘alamin
Selalu diikrarkan dengan penuh penghayatan
dan dimaknai. Ridho Allah Ta’ala sebagai Rabb-nya. Ridho
adalah penerimaan dengan tulus dan siap sedia melaksanakan segala
konsekwensinya. Mengakuai hanya Allah sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur,
memelihara seluruh alam semesta. Dengan konsekuensi
sebgai calon pemimpin yang siap diatur dan menjalankan semua aturan. Terutama
aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala.
Ridho mengambil Islam sebagai agamanya.
Menerima dengan keyakinan hanya Islam agama yang Allah ridhoi. Yakin
kebenarannya. Dengan konsekuensi sebagai
calon pemimpin siap sedia menjaga, memperjuangkan dan mengamalkan Islam sebagai
agamanya.
Ridho akan Muhammad sebagai nabi dan
utusan Allah Ta’ala. Dengan
konsekwensi sebagai calon pemimpin yakin bahwa apa yang dibawa Muhammad pasti
benar dan siap sedia mengikuti dan meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.
Serta menjunjung tinggi sebagai penghormatan sebagai manusia pilihan.
Semua konsekuensi
di atas mendapat perhatian sebagai program pembelajaran
dari guru. Berupa penilaian dalam bentuk pengamatan sikap. Sebagai konsekuensi program penilaian adalah adanya penghargaan
atau apresiasi bagi murid yang menjalankan pada kriteria tertentu.
Kalimat kedua selalu diikrarkan sebagai
janji. Janji di hadapan Allah, janji kepada orang lain, dan janji
kepada diri sendiri sebagai calon pemimpin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, hingga matiku semata untuk Allah Penguasa alam semesta. ikrar ini
menuntut adanya komitmen dari calon pemimpin. Komitmen tentang sholat, komitmen
tentang pengabdian, komitmen tentang kehidupan dan kemtiannya yang hanya
tertuju untuk Allah semata.
Untuk mempermudah pengamatan dalam
penilaian, kalimat ikrar ini sebaiknya diperinci lagi dalam bentuk
indikator-indikator nyata yang mudah dideteksi. Misalnya komitmen dari
pelaksanaan shalat adalah; calon pemimpin sholat lima waktu tidak
boleh bolong, sholat lima waktu selalu berjamaah, hafal semua bacaan sholat,
memahami syarat, rukun dan yang membatalkan shalat, membangun jamaah (tim)
dalam bekerja.
Komitmen pengabdian hanya kepada Allah Ta’ala adalah; lisan dengan ringan selalu
mengucap kalimah thoyyibah, misalnya selalu mengawali dengan
basmalah, mengakhiri dengan hamdalah, terucap tasbih, takbir, istighfar pada
saat kondisi tertentu, bekerja dengan ikhlas yang ditunjukkan dengan
kesungguhan dalam belajar, suka membantu teman, disiplin pada peraturan, dan
sebagainya.
Komitmen dari “hidup dan mati hanya
untuk Allah” adalah calon pemimpin harus mempunyai visi dan tujuan hidup yang
jelas. Mengisi hidup dengan kegiatan yang mengarah pada visi dan tujuan hidup.||
Penulis: Drs. Slamet Waltoyo, Redaktur Majalaj Fahma
Foto : Google
Post a Comment