Jangan Remehkan, Inilah Syirik Kecil


Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.

Jadi, tantangan terbesar, terberat, sepanjang hayat, dan sepanjang zaman—tidak pernah berubah sampai kehidupan dunia berakhir, bagi orangtua muslim beserta dan anak-anaknya adalah terhindarkan diri dari ingin dilihat dan dipuji (Riya’), Ingin didengarkan (Sum’ah), memandang diri dengan pandangan ridha dan bangga karena memiliki sesuatu (harta, anak, kecerdasan, potensi tertentu) yang tidak dimiliki orang lain, memujinya atas hal tersebut dan melupakan bahwa Allah Ta’ala lah pemilik sesungguhnya atas semua anugerah tersebut (Ujub)—menisbahkan kepada diri sendiri semua keberhasilan dan kesuksesan yang telah dilakukan dan melupakan bahwa Allah Ta’ala lah yang telah memfasilitasinya dalam melakukan semua itu.

Ketiganya termasuk Syirik kafi (tersembunyi), terletak di dalam gerak-gerik hati manusia: riya’ dan sum’ah termasuk musyrik dengan makhluk, sedangkan ujub termasuk musyrik dengan diri.

Faktanya, relevansinya dengan kehidupan zaman sekarang, abad digital, ujub, riya, dan sum’ah menjadi industri, ditumbuhsuburkan di mana-mana.

Karena ketersembunyiannya ke dalam hati dan jiwa kaum Muslimin tanpa diketahui dan dirasakan—apalagi didukung oleh mayoritas sistem pendidikan, sosial-budaya yang berlaku dominan berorientasi dunia-materialistik—menjadikan ketiganya sangat berbahaya karena setiap melakukan amal saleh, ibadah, atau sesuatu semacam jihad, niscaya syirik kafi menghancurkan pahalanya dan menghilangkan nilainya, mengubahnya dari ketaatan yang diterima menjadi kemaksiatan dan syirik.

Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi., Dosen Psikologi UII dan Pemimpin Redaksi Majalah Fahma
Powered by Blogger.
close