Katsratusy Syurath, Penolong Penguasa Zalim
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim
Akan datang suatu masa dan semoga itu bukan masa kita. Inilah masa
ketika banyak yang berlomba-lomba menghafalkan Al-Qur’an, tetapi ia
meninggalkan ilmunya. Mereka memperindah bacaannya sehingga syahdu didengar
seumpama penyanyi, tetapi kering ilmu dan bahkan ada pula yang kering
akhlaknya. Inilah masa tatkala manusia bersemangat untuk menempuh perjalanan
bukan demi memperoleh ilmu agar mendapatkan petunjuk dari tiap-tiap ayat
Al-Qur’an, tetapi semata untuk mendengarkan lantunan ayat Al-Qur’an dari imam yang
dipilih bukan kematangan ilmunya, tetapi karena kemerduan suara dan keindahan
nadanya. Padahal imam shalat yang merdu meliuk-liuk itu adalah yang paling
sedikit ilmunya.
Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا ذكر منها وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ
الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ
أَقَلُّهُمْ فِقْهًا
“Bersegeralah untuk beramal sebelum datangnya 6 kejadian. Salah satunya:
suatu golongan yang menjadikan Al-Quran seperti musik. Mereka memajukan
seseorang agar dia memperdengarkan kepada mereka langgam irama lagunya padahal
dia adalah orang yang paling sedikit ilmunya di antara mereka.” (HR. Thabrani).
Dalam riwayat lain salah seorang sahabat berkata:
إِنِّي أُبَادِرُ خِلَالًا سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُنَّ فِي آخِرِ الزَّمَانِ يَتَخَوَّفْهُنَّ عَلَى
أُمَّتِهِ ذكر منها: وَنَشْوٌ يَنْشَأُ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ
يُقَدِّمُونَ الرَّجُلَ لَيْسَ بِأَفْقَهِهِمْ فِي الدِّينِ، وَلَا
بِأَعْلَمِهِمْ، وَفِيهِمْ مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُمْ وَأَعْلَمُ
يُقَدِّمُونَهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ غِنَاءً
“Sesungguhnya aku ingin segera wafat sebelum datangnya
peristiwa-peristiwa yang aku dengar dari Rasulullah shallaLlahu alaihi wa
sallam akan terjadi pada akhir zaman dan beliau takut ketika peristiwa itu
terjadi pada ummatnya, salah satunya adalah suatu golongan yang menjadikan
Al-Qur’an seperti musik. Mereka memajukan seseorang yang bukan orang paling
faqih di antara mereka dalam masalah agama dan bukan pula orang yang paling
berilmu. Padahal di antara mereka ada orang yang lebih faqih dan lebih berilmu.
Mereka memajukan orang tersebut agar dia memperdengarkan langgam irama
lagunya.” (HR. Thabrani).
Ini sekaligus menandakan bahwa yang merdu suaranya, bagus lantunan
bacaannya, indah didengar menghibur hati, sempurna pula hafalannya, tidaklah
berarti ia orang yang faqih dalam soal agama secara luas maupun dalam urusan
‘ulumul qur’an. Sebaliknya, boleh jadi akan engkau temui orang yang bacaan Al-Qur’annya
jauh dari kata indah, tetapi pada dirinya terkumpul ilmu yang kita patut
mengejarnya. Mungkin akan sedikit membosankan, terutama jika kita masih sibuk
mencari keindahan, tetapi sesungguhnya matangnya diri dalam menuntut ilmu
memang menuntut kesediaan untuk berpayah-payah. Perlu waktu panjang jika yang
kita inginkan bukan sekedar icip-icip ilmu.
Ketemu guru seperti itu? Siaplah berdekat-dekat dengannya dan
menghabiskan waktu bersamanya untuk dapat menyerap ilmu dengan sempurna. Yang
jelas, itu bukan saya. Tidak ada kompetensi saya dalam soal itu. Saya berbicara
seperti ini bukan sedang merendah, tetapi memenuhi amanah ilmiah agar orang
tidak salah langkah.
‘Auf bin Malik meriwayatkan sabda Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam
yang beliau takut ini semua menimpa kita, ummatnya:
إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ وَبَيْعُ الْحُكْمِ
واسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ
مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلُّهُمْ
فِقْهًا
“Kepemimpinan orang-orang bodoh, banyaknya syurath (penolong, pembela
penguasa dalam melakukan kezaliman dan kekejian, jual-beli hukum, meremehkan
(urusan) darah, memutuskan shilaturahim, segolongan orang yang menjadikan
Al-Qur`an seperti seruling, mereka mendahulukan (orang yang enak suaranya dalam
membaca Al-Qur`an untuk mengimami shalat) meskipun pemahamannya sangat kurang.”
(HR. Imam Ahmad, Thabrani).
Apakah yang dimaksud dengan katsratusy syurath (كثرة الشرط)? Sebagian
memaknainya sebagai polisi. Tepatnya ialah para penolong atau pembela penguasa
yang menggunakan tangan-tangan kekuasaannya untuk melakukan kezaliman serta
kekejian kepada rakyat. Ia memakai cambuk-cambuknya atau serupa dengan itu
untuk membela kezaliman penguasa.
Wallahu a'lam
bish-shawab.
Mohammad Fauzil
Adhim, Penulis Buku-buku Parenting
Foto : google
Post a Comment