Pemimpin yang Mengajak ke Surga



Oleh: Galih Setiawan
Sesungguhnya semua orang adalah pemimpin. Seuruh lingkup kehidupan dalam kehidupan kita tidak bisa lepas dari pemimpin. Mulai dari lingkup keluarga, RT, RW, lurah, camat, bupati/walikota, gubernur hingga presiden. Belum lagi dalam lingkup kantor, sekolah hingga kelompok kecil. Jadi boleh dibilang, tidak ada manusia yang lepas dari kepemimpinan.

Ada dua jenis pemimpin yang digambarkan Al Qur’an secara garis besar. Pertama, pemimpin yang mengajak umatnya ke jalan yang tidak benar. Di dalam Surat Al Qashas ayat 41 dijelaskan; Dan kami jadikan di antara umat manusia itu pemimpin-pemimpin yang mengajak umatnya ke dalam api neraka.

Pemimpin yang mengajak pengikutnya ke dalam api neraka contohnya adalah Firaun yang berhadapan dengan Nabi Musa. Ada lagi Namrud yang berhadapan dengan Nabi Ibrahim. Abu Jahal dan Abu Lahab pun demikian. Mereka adalah pemimpin kabilah Quroisy. Dua sosok inilah yang senantiasa menghalangi dakwah Rasulullah.

Jenis pemimpin yang kedua digambarkan dalam Al Qur’an, yakni pemimpin yang mengajak umat yang dipimpinnya ke dalam surga. Pemimpin jenis kedua ini digambarkan dalam dua ayat. Pertama, Surat As Sajdah Ayat 24 yang menjelaskan tiga karakter pemimpin.

Allah berfirman, "Kami jadikan di antara umat manusia itu ada pemimpin yang punya karakter mengajak umatnya terhadap agama kami yang benar dan jalan yang lurus" (32:24).  "Pemimpin seperti ini pundaknya mengemban amar makruf nahi mungkar. Kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu amar makruf nahi mungkar. Yang keluar dari pikirannya juga selalu amar makruf nahi mungkar.

Jadi, semua kebijakan yang dibuat pemimpin seperti itu selalu berlandaskan kepada amar makruf nahi mungkar. Karakter pemimpin yang pertama adalah amar makruf nahi mungkar. Kemudian, karakter pemimpin yang kedua, pemimpin yang mengajak umatnya ke dalam surga memiliki karakter sabar.

Karakter pemimpin yang ketiga, pemimpinnya yakin dengan isyarat dari Allah. Yakin adalah iman, yakin kalau memimpin begini nanti akibatnya begini, kalau masyarakatnya beriman dan bertakwa maka Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi. Tapi kalau sebaliknya tunggu azab.

Yakin datangnya azab bukan hanya karena eksploitasi alam saja, tapi yakin karena eksploitasi moral juga bisa menghancurkan sebuah peradaban. Bahkan bisa menghancurkan sebuah negara. Makanya, pemimpin harus yakin kepada ayat-ayat Al Qur’an dan optimis membangun peradaban. Artinya, membangun peradaban bukan hanya sekedar membangun infrastruktur saja.

Ada lagi jenis pemimpin menurut Surat Al Anbiya Ayat 73. Pemimpin yang mengajak kepada surga. Jiwanya selalu berbuat baik. Memberikan spirit dan stimulan terhadap orang-orang yang dipimpinnya untuk selalu berlomba dalam berbuat kebaikan.

Pemimpin seperti ini tidak ada rencana untuk korupsi, tidak ada peraturan yang menguntungkan hanya kalangan atas sambil mengeksploitasi kalangan bawah.

Pemimpin menurut Surat Al Anbiya Ayat 73, memiliki jiwa yang adil. Artinya pemimpin yang selalu mengutamakan rakyatnya ketimbang dirinya dan kelompoknya. Pemimpin seperti ini juga memiliki ubudiyah yang bagus. Pemimpin tersebut mendirikan sholat dan zakat.

Pemimpin yang baik diam-diam mengeluarkan zakat, mencari orang paling miskin dan sangat membutuhkan. Pemimpin ini selalu tunduk kepada perintah Allah. Di samping itu, pemimpin yang baik memiliki niat ibadah. Saat dia keluar dari rumah untuk mengurus rakyat niatnya ibadah.

Sebab seorang pemimpin harus memiliki  kondisi ruhiyah dan hubungan yang baik dengan Tuhan. Hal ini sesuai dengan QS. An-Naml ayat 165, “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Seseorang yang baik hubungan ketaatannya dengan Allah akan lebih kuat secara fisik dan rohani. Karena dia percaya bahwa Allah yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Maka, tak ada kata takut mati atau takut berjuang demi melindungi Negara dan membela Agama.

Kita semua tahu bahwa shalat terberat yang sering membuat umat malas menjalankannya adalah sholat Subuh dan Isya’. Padahal dua shalat tersebut mengandung banyak sekali kebaikan dan hikmah yang andai manusia tahu, maka mereka tak akan pernah meninggalkannya meski harus menjalankan dalam merangkak sekalipun.||




Penulis : Galih Setiawan, Redaktur Majalah Fahma 
Foto     : Google 
Powered by Blogger.
close