Permainan Sederhana untuk Mengembangkan Kecerdasan Anak





Oleh: Suhartono

Stimulasi sejak dini memang penting dilakukan untuk menunjang perkembangan buah hati. Akan tetapi, stimulasi ini harus disesuaikan dengan usianya. Contohnya adalah perkembangan bayi 4 bulan yang mulai belajar belajar bicara. Orangtua dapat memberikan stimulasi seperti menirukan kata-kata yang keluar dari mulut buah hati agar dapat ditirukan kembali.

Pentingnya stimulasi sejak dini ini telah dibuktikan daam berbagai penelitian. Dilansir dari Science Daily, menurut ahli saraf yang juga merupakan profesor di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Audrey van der Meer, jumlah neuron dalam otak meningkat, baik jumlah maupun spesialisasinya, ketika bayi mempelajari keterampilan baru dan lebih banyak bergerak.

Jutaan neuron dalam otak dihubungkan sinapsis atau titik temu antarterminal dalam neuron. Saat buah hati beradaptasi dengan hal-hal di sekitarnya, saat itulah sinapsis baru di otak yang membawa pengetahuan tertentu.

Jika sinapsis tersebut dilatih, pengetahuan akan bertahan di otak bayi. Sebaliknya, jika tidak, pengetahuan dapat menghilang. Pada dasarnya, kecerdasan yang dimiliki anak bergantung pada bagaimana stimulasi yang didapat. Jika tidak mendapat stimulasi, tentunya perkembangan akan terjadi lebih lambat.

Pola pikir dan kecerdasan anak bisa dikembangkan melalui stimulasi daam bentuk permainan dan aktivitas. Utamanya, melalui permainan yang mengasah otak. Selain terhibur, ada banyak keterampilan yang diasah saat anak memainkan jenis permainan tersebut. Di antaranya pola berpikir kritis dan kemampuan memahami serta memecahkan masalah secara kreatif

Ada empat aspek yang harus diperhatikan untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan anak yaitu tingkat konsentasi, pengendalian impuls, memori atau daya ingat, dan kemampuan perencanaan.

Keempat aspek tersebut dapat dilatih dengan melakukan berbagai kegiatan di rumah. Kegiatan berikut ini tidak hanya melatih otak anak, tapi juga mempererat hubungan kita dengan si kecil. Pertama, menggambar dan mewarnai. Saat menggambar dan mewarnai, anak-anak diharuskan untuk berkonsentrasi. Anak-anak pun melibatkan semua anggota tubuh, pikiran serta perasaan mereka secara bersamaan sehingga membuat mereka memahami bagaimana menggunakan kekuatan otak mereka saat melakukan aktivitas ini.

Kedua, belajar menerka sesuatu. Coba isi sebuah kantung kain dengan beberapa jenis mainan. Anda dapat memberikan tema dari mainan tersebut, misalnya hewan, alat transportasi, dan sebagainya. Lalu tantang anak untuk menebak beberapa mainan di dalam kantung dengan cara merabanya. Kita bisa membiarkan anak merabanya dari luar kantung ataupun dari dalam dan menyuruhnya untuk menutup mata. Permainan ini membutuhkan daya ingat serta kemampuan anak untuk menghubungkan informasi sensor anak dengan pengetahuannya terhadap bentuk tersebut.

Ketiga, memasak bersama. Tidak dapat dipungkiri anak-anak sangat suka makanan ringan yang manis seperti cookies atau biskuit. Hal ini dapat kita manfaatkan dengan mengajaknya membuat kue bersama. Memasak dengan mengikuti sebuah resep melatih anak untuk bekerja dengan perencanaan dan terus memperhatikan langkah selanjutnya dalam perencanaan tersebut.

Keempat, berkisah.  Berkisah ternyata lebih dari sekadar pengantar tidur anak. Dengan mendengarkan kita berkisah, anak akan terlatih untuk memberikan atensi atau berkonsentrasi pada apa yang kita katakan. Selain itu, mendengarkan cerita dapat menstimulasi bagian otak yang berbeda dengan bagian otak yang terstimulasi ketika anak membaca buku bergambar. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan kemampuan mengingat anak.

Kelima, bermain detektif. Perkenalkan anak kepada sebuah benda, lalu sembunyikan benda tersebut. Tantang anak untuk menemukannya dengan memberikan beberapa petunjuk yang membawanya lebih dekat kepada benda tersebut. Permainan interaktif ini sangat membantu anak dalam mengasah kemampuan perencanaannya. Anak harus menghubungkan petunjuk verbal dengan hal-hal yang ia lihat di sekitarnya, serta menyesuaikan rencana mereka dengan bertambahnya informasi yang ia dapat dari kita.||

Keenam, bermain peran. Memerankan seseorang dalam sebuah drama melatih daya ingat anak. Anak diharuskan menjadi seorang karakter serta menyesuaikan dialog dengan keadaan dan plot yang berkembang. Hal ini juga dapat melatih pengendalian diri anak serta memaksa anak untuk berfikir secara fleksibel. Tidak harus bermain peran di sebuah drama pertunjukkan. Permainan peran di rumah seperti permainan dokter-pasien dan polisi-penjahat pun cukup untuk mengasah empat aspek fungsi eksekutif anak.||

Penulis: Suhartono, Pemerhati dunia anak
Foto     : Google 
Powered by Blogger.
close