Sorga atau Neraka karena Rahmat-Nya


Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi.

Masih malas beribadah dan beramal shalih hanya karena dan untuk-Nya semata-mata?
Andaikan saja semua nikmat Allah yang terdapat dalam tubuh kita membutuhkan minimal satu jam sujud kepada-Nya di setiap harinya agar nikmat-nikmat itu dapat terus melakukan fungsinya, maka di sini kita tinggal memilih antara sujud satu jam dan nikmat-nikmat terus berlanjut atau enggan bersujud dan nikmat-nikmat terputus: jantung berhenti, mata tidak mampu melihat, hati tidak berfungsi, ginjal tidak lagi menyaring cairan-cairan tubuh, tulang punggung tidak lagi memproduksi sel-sel darah, sel-sel tubuh tidak lagi menyedot gula, air seni tertahan, darah tidak beroksidasi, kelenjar-kelenjar berhenti berproduksi, kita tidak bisa mendengar, berbicara, mencium, atau meraba, lambung menolak menerima makanan, otot-otot melemah, dan tidur tidak lagi mau datang.

Kemudian jika kita andaikan seperti itu pada seluruh nikmat yang telah dilimpahkan Oleh Allah kepada kita,sungguh kita akan butuh beratus-ratus, bahkan beribu-ribu jam untuk bersujud kepada Allah setiap harinya untuk menunaikan secuil hak-Nya atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita. Itu baru pinjaman sejumlah itu, bagaimana lagi dengan 'pinjaman' Allah kepada kita, yang di luar kemampuan otak manusia atau lainnya untuk menghitung jumlahnya?

Masihkah menyangka bahwa berbagai amal shaleh yang dilakukan membuatmu merasa akan mendapatkan kedudukan di sisi Allah, membuatmu terasa berhak masuk surga dan mencapai tingkat-tingkatnya yang tinggi?

Padahal jelas-jelas Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menegaskan setiap orang, termasuk Beliau sendiri, tidak akan diselamatkan oleh amalnya, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya. (HR Bukhari dan Muslim). Jadi, keselamatan kita dari neraka-Nya dan keuntungan memperoleh surga-Nya bukanlah ganti rugi dari seluruh amal dan kesungguhan beramal yang kita lakukan, melainkan karena rahmat-Nya semata-mata. Semua amal dan kesungguhan beramal tidak akan pernah cukup untuk memenuhi hak syukur satu nikmat-Nya pun dan masih teramat banyak nikmat yang belum dibalasnya dengan syukur.

Ataukah sebaliknya, kita akan terus mengerjakan amal-amal shaleh, lalu memohon ampun kepada-Nya karena meyakini bahwa sebenarnya hak Allah Ta'ala atasnya jauh lebih besar daripada yang telah amal-amal shaleh yang kita lakukan. Jika rahmat dan ampunan-Nya tidak datang menyelamatkan kita, sungguh kita akan celaka. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa kita harapkan selain rahmat-Nya dan ampunan (magfirah)-Nya beserta keridhaan-Nya untuk tidak menuntut hak-Nya dan tidak menghisab kita atas dasar nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita (Majdi Al-Hilali, 2006)

رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh (QS An-Naml: 19)

رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS Al-Ahqaf:15)

Irwan Nuryana Kurniawan, M.Psi., Pimpinan Redaksi Majalah Fahma
Powered by Blogger.
close