Ada Hak Lain Atas Diri Kita




Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Bukan HP yang menyebabkan Abu Darda' radhiyaLlahu 'anhu tak lagi memberi perhatian kepada istrinya sehingga sang istri membiarkan dirinya kusut bagai tak terawat. Bukan pula media sosial yang memalingkan beliau dari mengurus dirinya. Tetapi keinginannya untuk hanya beribadah sepanjang waktu, di kala siang ataupun malam, yang membuatnya mencampakkan dunia. Bahkan bercanda dengan istri yang padanya ada kebaikan pun, ia tinggalkan.

Dituturkan dalam hadis panjang di Shahih Bukhari, Salman Al-Farisi radhiyaLlahu 'anhu, seorang sahabat yang sangat mulia dan telah dipersaudarakan oleh Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam dengan Abu Darda' radhiyaLlahu 'anhu menegurnya:
إنَّ لربِّكَ عليك حقًّا، وإنَّ لِنَفسكَ عليك حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، فأعْطِ كلَّ ذي حقٍّ حقَّهُ

”Sesungguhnya bagi Rabb-mu ada hak atasmu, bagi dirimu ada hak atasmu, dan bagi keluargamu ada hak atasmu. Maka masing-masing tunaikan haknya dengan benar.” (HR. Bukhari).

Ihwal tindakan dan ucapan Salman radhiyaLlahu 'anhu saat bermalam di rumahnya, dilaporkan oleh tuan rumah, Abu Darda' radhiyaLlahu 'anhu kepada Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam. Dan beliau ternyata membenarkan perkataan Salman Al-Farisi radhiyaLlahu anhu.

Ada pelajaran berharga di sini. Maka kita perlu bertanya, bagaimana dengan kita saat ini? Adakah kita mengabaikan hak istri untuk kita sisihkan waktu buat dirinya alih-alih dakwah? Sangat berbeda antara menyisihkan waktu buat dirinya dengan mendatangi karena sedang berhasrat. Yang kedua ini sebenarnya bukan menyisihkan waktu buat istri, tetapi menyisihkan waktu buat diri sendiri.

Adakah hak anak-anak untuk kita temani dan perhatikan telah kita tunaikan? Ataukah kita menzalimi haknya atas nama dakwah? Apalagi jika mengabaikan hak anak justru karena kesibukan yang jauh dari taat disebabkan sibuk menghitung like dan menanggapi setiap komentar di media sosial. Tak dekat dengan Allah Ta'ala, tak dekat pula dengan istri dan anak, bahkan tak menghiraukan hak tubuhnya sendiri.

Teringatlah kita kepada teguran Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam kepada 'Abdullah bin 'Amr bin Ash radhiyaLlahu anhuma:

فَلَا تَفْعَلْ صُمْ وَأَفْطِرْ وَقُمْ وَنَمْ فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

"Janganlah kamu lakukan itu, tetapi berpuasa dan berbukalah, shalat malamlah dan tidurlah, karena untuk tubuhmu ada hak atasmu, matamu punya hak atasmu, isterimu punya hak atasmu dan tamumu punya hak atasmu." (HR. Bukhari).

Nasehat Rasulullah shallaLlahu alaihi wa sallam ini "tiba-tiba" menggema saat seorang dokter mengingatkan saya. Saat menjalani perawatan usai operasi, dokter muda ini mengingatkan saya beberapa hal yang diperhatikan. Salah satunya tentang hak tubuh untuk istirahat, "Karena bersemangat, mungkin tidak begitu Njenengan rasakan, tetapi tubuh sebenarnya sudah mengeluarkan peringatan. Tubuh juga mempunyai hak. Kalau sering diabaikan, pada saatnya kita harus istirahat total."

Kadang dalil itu terasa lebih membekas, justru ketika dokter yang mengingatkan. Ternyata.... Ini baru tubuh. Ada hak lain atas diri kita, termasuk anak, istri, keluarga dan tetamu.
***

Karena beberapa di antara yang membaca tulisan di atas mengira saya sedang sakit, sehingga sebagian mengirim pertanyaan secara pribadi ke nomor WA saya, maka saya merasa perlu menambahkan keterangan bahwa saya alhamdulillah dalam keadaan sehat wa 'afiyat. Tulisan ringkas ini saya susun terutama sebagai pengingat bagi diri sendiri sesudah tadi malam bercanda dengan anak terkecil saya yang berusia hampir 10 tahun hingga ia tertidur di kamar saya. Tetapi tulisan ini baru saya unggah pagi ini.

Semoga Allah Ta'ala ringankan kita untuk berbenah, mampukan kita memenuhi hak anak, isteri, keluarga dan orang lain atas diri kita, tanpa menunggu jatuh sakit tak berdaya. Semoga pula kita mampu berlaku 'adil terhadap diri dan keluarga, karena sesungguhnya bersikap 'adil itu merupakan kewajiban seorang laki-laki terhadap isteri dan keluarganya, meskipun isterinya satu. Dan ini merupakan penakar apakah seorang laki-laki dapat berlaku 'adil tatkala tanggung-jawabnya meluas.

Semoga keterangan tambahan ini bermanfaat dan barakah.

Penulis: Mohammad Fauzil Adhim, Penulis buku Segenggam Iman Anak Kita
Foto    : Google 
Powered by Blogger.
close