Memahami yang Terjadi, Awal Membenahi Diri


Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Bandara-bandara besar yang sibuk tiba-tiba berhenti. Sunyi. Hening. Nyaris tak ada kegiatan.


Begitu pula pesawat-pesawat besar yang sebelum tampak sedemikian gagah, menawarkan fasilitas mewah, berbelanja pun bisa di dalamnya, serentak berubah menjadi barisan benda mati berdebu, diam menunggu entah sampai kapan.

Semuanya berbaris berjajar tak berdaya. Semuanya tunduk takluk, diam merunduk tanpa sanggup menepuk dada, bukan karena menyerah kalah di hadapan pasukan bersenjata, tetapi oleh makhluk yang bahkan tak terlihat oleh mata.

Di banyak kejadian dari masa ke masa, atas berbagai bencana dan musibah besar yang manusia tak mampu membendungnya, tindakan manusialah penyebabnya. Tetapi di antara tindakan-tindakan itu, Allah Ta’ala jadikan sebagai sebab datangnya azab; kata-kata yang hari ini banyak manusia membencinya, mudah marah jika ada yang menyebutkannya, seakan setiap sebutan azab bermakna menuduh mereka salah atau memojokkan di tempat yang hina. Padahal inilah yang dahulu ditakuti oleh orang-orang shalih. Ketika ada musibah terjadi, segera mereka menelisik ke dalam diri sendiri, apakah kiranya kesalahan yang mengundang musibah?

Sudah terlalu bersihkah diri kita sehingga tidak ada kemungkinan kotoran, meski hanya sebesar debu? Sudah terlalu sucikah kita sehingga aman dari azab Allah? Padahal memahami apa yang terjadi merupakan awalan untuk membenahi diri. Bukan untuk menyalahkan siapa pun, tetapi terutama sebagai titik awal berbenah.

Tidakkah kita ingat Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 96 – 99? Entah mengapa, rasanya sudah lebih dari 10 tahun, setiap Ramadhan tiba saya senantiasa berdebar-debar dengan rangkaian ayat ini.

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku dan Motivator Parenting
Powered by Blogger.
close