Penghambat Kreativitas Anak

Oleh : Ahmad Budiman

Setiap anak yang lahir di dunia merupakan amanah yang dibekali dengan berbagai potensi hebat berupa kepekaan, kecerdasan, penglihatan serta pendengaran yang luar biasa bagusnya. Jika sejak dini sampai masa anak-anak berlangsung disadari dan dikembangkan dengan cara yang kondusif, akan terbentuk anak hebat yang sangat mengagumkan. Namun pada kenyataannya, banyak orang tua dan guru tidak memahami akan potensi tersebut sehingga dalam proses belajarnya salah dan menyimpang.

Semenjak lahir, kreativitas anak sesungguhnya sangatlah tinggi. Sayangnya seiring berjalannya waktu, kreativitas anak ini menurun dengan sangat tajam terutama saat mereka memasuki tingkat 3 atau 4 sekolah dasar. Hal ini berbeda dengan tingkat inteligensia yang bisa meningkat 10 poin seiring dengan semakin cerdasnya si Kecil karena pengaruh dan pemahamannya terhadap lingkungan. Kreativitas anak, justru bergerak sebaliknya.

Ada beberapa hal yang bisa menghambat kreativitas anak. Pertama, hadiah. Para peneliti menemukan ternyata iming-iming hadiah dapat menghambat daya eksplorasi dan imajinasi anak. Seorang anak akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapat hadiah. Namun, sama sekali tidak ingin berusaha lebih jauh dari usaha yang ia lakukan untuk meraih hadiah tersebut. Hadiah akan menghambat kesenangan intrinsik dari aktivitas kreatif. Sebagai orang tua kita tentu lebih ingin anak-anak kita selalu senang dengan semua kegiatan yang ia lakukan, menjadi anak yang penuh motivasi, dibanding buku laporan yang penuh dengan bintang.

Kedua, membatasi pilihan. Sistem pendidikan yang selama ini diterapkan, membuat anak-anak hanya mengenal bahwa hanya ada satu jawaban yang benar dan hanya ada satu standar. Kebanyakan mainan anak-anak pun dibuat hanya dengan satu instruksi. Lebih parah lagi, jarang sekali kita membiarkan mereka untuk memilih. Padahal membiarkan mereka memiliki banyak pilihan merupakan salah satu cara untuk berpikir lateral. Berpikir lateral adalah cara berpikir di luar batasan yang telah diberikan atau berpikir dengan menggunakan prespektif baru. Untuk itulah anak-anak kreatif akan selalu punya banyak alternatif penyelesaian dan sangat antusias mengikuti rasa ingin tahu mereka.

Ketiga, membayangi anak. Selalu berada di sisi si Kecil dan tanpa sadar ikut campur atau mengatur aktivitasnya justru akan mengurangi kreativitas anak itu sendiri. Karena terbiasa diawasi dan dijaga, serta dinasehati agar mereka terhindar dari kesalahan, kegagalan, atau apa pun yang terlalu beresiko, justru akan membuat anak tidak berani mencoba lebih jauh. Dan bahkan tidak belajar bahwa kesalahan dan kegagalan adalah bagian dari proses keberhasilan.

Keempat, terlalu banyak memberi kegiatan pada anak
Aktivitas berorganisasi, aneka kursus dan pelatihan, aktivitas sosial, selalu sibuk menjadwalkan untuk anak. Seolah jadwal harian si kecil tidak juga penuh. Kita terlalu sibuk menstimulasi mereka hingga lupa untuk menyisihkan waktu untuk kegiatan yang paling penting. Sesekali membiarkan anak tanpa kegiatan apa pun, akan membantu imaginasinya berkembang, memberikan ide-ide baru dan kreatif.

Selain faktor-faktor yang disebutkkan di atas, juga dapat disebutkan faktor-faktor lain seperti yang yang dikemukakan oleh Freeman dalam Semiawan (2007:107), yaitu rasa takut, rasa tidak aman, lebih baik tidak mengambil risiko daripada terancam, dan pengarahan yang terlalu ketat sehingga tidak ada prakarsa atas suatu pemikiran baru.

 

Hal yang perlu diperhatikan oleh para guru atau orangtua adalah tentang berbagai sifat orangtua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, seperti yang dikemukakan Utami Munandar (2004: 95) yaitu: 1) Mengatakan pada anak bahwa ia akan dihukum jika berbuat salah, 2) Tidak membolekan anak marah terhadap orangtua, 3) Tidak memperbolehkan anak mempertanyakan keputusan orangtua, 4) Tidak memperbolehkan anak bermain dengan orang yang berbeda karena nilai atau pandangan yang berbeda dari keluarga, 5) Anak tidak boleh berisik, 6) Orangtua ketat mengawasi kegiatan anak, 7) Orangtua memberi saran spesifik tentang penyelesaian tugas, 8) Orangtua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak, 9) Orangtua tidak sabar dengan anak.

 

Dari pemaparan di atas, kiranya faktor pendukung dan penghambat kreativitas anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung seperti potensi anak, guru dan orang tua, serta lingkungan yang berhubungan dengan anak.

Ahmad Budiman, Pemerhati dunia anak

Powered by Blogger.
close