Rezeki yang Tidak Terduga

Oleh : Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A.

Pagi hari Ahad pertama bulan Januari kemarin, bel pintu rumah berbunyi. Menantu saya sambil menggendong anak perempuannya yang berumur 1,5 tahun membukakan pintu. Dari luar terdengar suara seorang ibu yang ingin ketemu dengan istri saya. “Ibu saat ini sedang di Jakarta,” jawab menantu saya. “Oh..., ke Jakarta...ya sudah lain kali saya akan kembali lagi”.

Saya yang saat itu berada dalam rumah mendengar jawaban si ibu itu lalu berpikir, kalau dia dari salah satu panti asuhan yang secara rutin datang ke rumah, maka kasihan kalau dia harus kembali lagi di lain waktu. Lalu saya menyuruh menantu untuk menanyakan, apakah saya bisa mewakili. Dengan senang hati ibu itu menyetujui tawaran menantu saya. Akhirnya ibu itu saya persilahkan duduk di teras rumah, saya menemui beliau sambil memangku cucu saya yang semula digendong bapaknya.

Betul, ternyata si ibu ini relawan dari salah satu panti asuhan. Beliau juga menanyakan dalam rangka apa istri ke Jakarta. Saya sampaikan bahwa semenjak istri pensiun dari PNS sebagai dosen di fakultas Farmasi, dia diminta membantu salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta sebagai dosen penguji kompetensi profesi. Sehingga secara rutin setiap dua bulan sekali ke sana.

Setelah urusan panti asuhan dengan saya sudah selesai, sebelum pamit ibu tadi menceritakan bahwa kesehariannya mulai hari Senin sampai Jumat, dia membuat berbagai macam makanan dan masakan yang disetorkan ke kantin sekolah anaknya. Kemudian karena pada Sabtu dan Ahad beliau tidak ada kegiatan, lalu dia minta izin kepada pimpinan panti asuhan yang tidak jauh dari rumahnya untuk dapat membantu sebagai relawan, dan alhamdulillah pimpinan mengizinkan. Saya menilai ibu ini tampaknya seorang pekerja keras.

Karena dia sudah cerita banyak tentang kegiatan kesehariannya, sekiranya tidak etis kalau saya tidak menanggapi. Untuk itu, sekedar agar tidak terkesan acuh pada ibu ini, lalu saya menanyakan masakan apa saja yang disetorkan ke sekolah. Ternyata beliau ini, selain membuat masakan untuk sekolah, bersama dengan adiknya juga melayani pesanan untuk arisan, pertemuan keluarga dan acara yang lain. Hanya sifatnya masih kecil-kecilan, belum bersifat profesional seperti catering.

Dalam rangka untuk ikut meramaikan kegiatan ibu tadi, akhirnya saya pesan beberapa jenis masakan yang menjadi kesukaan kami dalam jumlah yang cukup banyak, sekalian untuk persediaan beberapa hari, karena waktu itu kepulangan istri dari Jakarta masih cukup lama. Setelah urusan selesai, si ibu tadi pamit sambil bergumam, “Alhamdulillah dapat rejeki”.   

Setelah si ibu tadi pulang, sambil menemani cucu bermain saya merenung. Dalam hal ini, si ibu tadi mungkin tidak akan mendapatkan rezeki pesanan kalau istri saya tidak ke Jakarta, karena selama ini istri saya juga tidak tahu kalau si ibu juga menerima pesanan. Mungkin rezeki itu juga tidak sampai ke ibu kalau seandainya beliau tidak menceritakan proses awal kegiatannya dalam membantu panti asuhan.

Keesokan harinya si ibu datang dengan membawakan semua pesanan kami yang cukup banyak, dengan harga yang membuat kami heran karena murah. Keheranan ini semakin bertambah ketika siangnya kami serumah makan bersama, rasanya lezat dan bahkan anak bungsu berkomentar khusus untuk masakan dari daun pepaya “Sepertinya baru kali ini merasakan masakan daun pepaya seenak ini. Berarti pemesanan bisa diulang, bahkan untuk arisan kantorpun kita berani pesan ke beliau”.   

Setelah istri pulang dari Jakarta, saya ceritakan ke dia terkait dengan ibu dari panti asuhan itu. Mulai dari kedatangannya ke rumah, kemudian menantu yang membukakan pintu, yang sebetulnya beliau itu sudah akan pulang karena istri tidak ada, tetapi tidak jadi karena saya menemuinya, sampai masakan apa saja yang kami pesan, termasuk kelezatan masakannya dengan harga yang relatif murah. Istri berkomentar “Memang kalau Allah sudah menetapkan rezeki bagi seseorang, maka rezeki itu akan datang padanya tanpa diduga dari mana asalnya. Allah telah mengatur itu semua”. Saya menambahkan “Kita termasuk mendapat rezeki juga karena mendapatkan tempat pesanan masakan yang lezat dengan harga murah”. Wallahu A’lam bishawab.

Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A., Guru Besar Fakultas Teknik Mesin UGM, Pemimpin Umum Majalah Fahma

Powered by Blogger.
close