Sekolah yang Menyiapkan Akhlak Pemimpin

Oleh : Drs. Slamet Waltoyo

Setiap sekolah pasti mempunyai visi. Sesuatu yang ingin diraih lembaga, yang menyatukan gerak langkah lembaga. Apapun visinya. Itulah pemimpin yang ingin dilahirkan dari sekolah. Di dalam visi pasti ada akhlak atau karakter yang ingin dibentuk. Inilah yang menjadi kekuatan sekolah dalam menyiapkan akhlak calon pemimpin.

Akhlak pemimpin yang harus disiapkan sejak dini adalah akhlak mulia. Yang menjadi fokus utama dari akhlak mulia adalah; seorang pemimpin harus (1) bertanggungjawab. Dia harus mempertanggungjawabkan proses dan hasil kepemimpinannya di hadapan Allah Ta’ala dan umat. (2) jujur. Menempatkan sesuatu pada tempatnya yang benar. Memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan lembaga. Kejujuran menjadi ruhnya bertanggungjawab.  (3) berani. Pemimpin harus mempunyai keberanian yang lebih dalam menghadapi tantangan dan rintangan dari luar maupun menegakkan aturan ke dalam. Berani antara lain ditunjukkan dengan sikap tegas, sigap dan disiplin. (4) Peka dan melayani. Peka terhadap lingkungan dan permasalahan umat dan melayani, menjadi penggerak dalam mengatasi masalah lingkungan dan yang dialami umatnya. Akhlak ini ditunjukkan dengan peduli.

Tanpa mengesampingkan akhlakul karimah yang lain, empat akhlak ini menjadi fokus bagi sekolah yang menyiapkan pemimpin tangguh di masa depan. 1. Bertanggungjawab, 2. Jujur, 3. Berani, dan 4. Peduli. Keempatnya menjadi fokus dakam kegiatan belajar mengajar. Secara terprogram menjadi mutan kurikuler, ekstrakurikuler, maupun kurikulum tersembunyi dalam pembiasaan, keteladanan dan pengembangan diri lainnya.

Karakter ini diperkenalkan dan dibiasakan di kelas bawah. Pada kelas bawah (kelas I,II,III) anak tidak perlu dibebani dengan konten pelajaran. Saatnya diperkenalkan dan dibekali dengan dasar-dasar belajar dan dasar-dasar berpengetahuan. Dan yang terpenting mulai membangun karakter melalui keteladanan dan pembiasaan.

Pembelajaran melalui kelompok dimana masing-masing anak mendapat tugas tertentu. Tugas misalnya berupa proyek. Anak diminta untuk bekerjasama membuat perencanaan, melaksanakan dengan pembagian tugas, mengevaluasi hasilnya. Dituntut pekerjaan harus sampai tuntas. Ini merupakan bentuk latihan tanggungjawab. Yang harus sering dilakukan dengan istiqomah.

Pembelajaran berupa tugas-tugas mandiri yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah bisa menjadi latihan kejujuran. Guru bekerjasasama dengan orangtua untuk mengontrol kegiatan anak. Misalnya tugas menghafal, tilawah, merawat tanaman, menyapu lantai, mencuci piring, sholat lima waktu dan sebagainya. Anak diminta jujur melaporkan kegiatannya kepada guru. Guru membuat catatan kegiatan mandiri yang bisa untuk kroscek kepada orangtua.

Pembelajaran dengan tugas-tugas menantang perlu diberikan kepada peserta didik. Yang menuntut anak untuk segera mengambil keputusan dengan meminimalkan resiko negatif. Kegiatan outbond dengan berbagai permainan keterampilan bisa diarahkan ke sana. Keberanian menghadapi orang lain misalnya dengan tugas mencari data kepada sumber belajar alternatif. Misalnya bertanya kepada Ketua RT di lingkungan rumahnya, bertanya kepada petani, peternak, pedagang dan sebagainya. Setelah dibekali dengan teknik komunikasi dan dorongan dari guru, anak dengan senang dan bangga melaksanakan tugasnya.

Pembelajaran yang mengasah kepekaan anak harus dirancang dan sering dilakukan. Anak sering “disentuh” dengan berbagai permasalahan. Tentu lahan yang ada di sekitar anak. Baik permasalahan sosial maupun permasalahan lingkungan hidup. Peduli ditunjukkan dengan kepekaan dan pelayanan. Sentuhan bisa ditunjukkan dari media massa atau media sosial. Misalnya kondisi masyarakat yang mengalami kesusahan akibat bencana, diajak merasakan seandainya itu menimpa diri kita, dan ditunjukkan sikap orang-orang yang mempunyai kepedulian terhadap mereka, apa yang bisa kita lakukan? Mari bergerak.

Perlu juga guru merancang permasalahan untuk menguji dan menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan. Misalnya tentang kebersihan sekolah, tanaman yang kurang terawat, coretan-coretan di meja atau dinding sekolah dan sebagainya. asah kepekaan, ajak melayani menjadi pemimpin peduli.

Drs. Slamet Waltoyo, Redaktur Majalah Fahma. Kepala Sekolah MI di Sleman

Powered by Blogger.
close