Ajari Anak Menghargai Profesi Orang
Saat liburan
beberapa waktu yang lalu, Naswa diajak ayah dan ibunya bertamasya ke pantai.
Deburan ombak pantai seakan memanjakan mata Naswa. Dia terlihat berlari ke sana
ke mari sambil sesekali bermain pasir.
Setelah letih
bermain pasir, Naswa menghampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk di atas
tikar. Naswa lalu membuka bekal yang dibawanya dari rumah. Saking capek dan laparnya, Naswa pun langsung
membuka plastik pembungkus bekal dan membuangnya begitu saja.
“Mbak Nawa, kok plastiknya dibuang sembarangan?”
tanya sang Ayah.
“Dekat sini gak ada tempat sampah, Ayah,” jawab
Naswa.
“Kan bisa disimpan
dulu di kresek. Nanti baru dibuang kalau sudah menemukan tempat sampah,” tukas
Ibu.
“Malas, ah. Lagian
kan di sini ada mereka yang lagi bersihin sampah!” sahut Naswa sambil menunjuk
sekumpulan petugas kebersihan yang membersihkan sampah di sekitar bibir pantai.
Sang ibu pun
tersenyum singkat. “Naswa sayang, kamu masih ingat tidak nasihat Bu Guru
sebelum kamu libur?”
Naswa pun mencoba
mengingat-ingat,”Hem…., muslim yang baik itu adalah muslim yang saling
menghargai sesamanya. Itu bukan, Bu?”
“Tepat sekali,
sayang. Nah, menghargai pekerjaan orang lain itu juga salah satu bentuk saling
menghargai, lho.”
“Kan memang tugas
bapak-bapak itu membersihkan sampah yang ada di sini, Bu?” ujar Naswa sambil
menunjuk lagi ke arah para petugas kebersihan.
“Betul sayang,
karena itu, hargai pekerjaan mereka dengan meringankan beban kerjanya. Meski
hanya satu kresek sampah yang kita buang ke tempat sampah. Itu sudah cukup
menghargai pekerjaan mereka,” jelas sang ibu.
“Iya sayang, coba
Ayah tanya. Ayah kasih kamu uang, tapi kamu harus membersihkan sampah kayak
mereka?” ucap sang Ayah menyeletuk.
“Gak mau ah… capek, kepanasan, harus dorong gerobak,”
jawab Naswa.
“Nah, tuh kan. Karena itu, jika kita memang
tidak mampu melakukan pekerjaan mereka, maka hargai pekerjaan mereka. Selagi
pekerjaan itu halal dan bermanfaat bagi semua manusia, insya Allah itu juga
bernilai ibadah bagi mereka. Coba bayangkan, jika di pantai ini tidak ada
petugas kebersihan seperti mereka, akan sekumuh apa pantai kita?” Tandas Ayah.
Setiap orang punya
potensi berbeda-beda dalam profesinya. Kita tidak bisa memvonis bahwa
profesi yang ditekuni orang lain itu mudah. Seseorang yang berprofesi
sebagai pimpinan perusahaan, pengacara, dokter, perawat atau bahkan presiden
sekalipun hampir pasti tidak bisa melakukan pekerjaan sesempurna mereka
yang berprofesi sebagai juru masak, petugas parkir, bahkan penyedia jasa potong
rambut. Semua punya kompetensinya sendiri-sendiri yang tidak bisa dikerjakan
oleh orang yang beda profesinya.
Karena itu,
melatih anak menghargai profesi orang lain harus dilakukan sejak dini. Latih
anak untuk tidak menganggap remeh pekerjaan orang lain, meski pekerjaan itu
terkesan sepele. Untuk memberi pemahaman agar anak, maka kita sebagai orangtua
mesti menanamkan pada anak tentang pentingnya profesi orang lain tersebut. Seperti
ada kisah di atas. Sang ayah memberi pengandaian jika tidak ada petugas
kebersihan di pantai. Pun demikian dengan di lingkungan rumah. Jika tidak ada
petugas kebersihan yang rajin mengambil sampah di depan rumah kita, tentu
halaman rumah kita akan menjadi gunung sampah. Dua hari saja petugas kebersihan
tidak melintas, pasti kita sudah merasakan efeknya.
Demikian pula
dengan profesi lain, seperti penjual sayur, loper koran, penambal ban, dan
sebagainya. Tanamkan pula pada anak bahwa inti dari semua pekerjaan adalah
sama-sama beribadah dan untuk mencari nafkah, tidak membedakan tempat, jenis
pekerjaan, dan nilai gaji pekerjaan, karena yang membedakan adalah niat dan
kebaikan dari pekerjaan tersebut. Wallahu
a’lam bishawab.
M. Ridwan, Pecinta dunia anak, tinggal di Yogya
Foto MSN.com
Post a Comment