Ajari Anak Menghargai Profesi Orang

Oleh : M. Ridwan


Saat liburan beberapa waktu yang lalu, Naswa diajak ayah dan ibunya bertamasya ke pantai. Deburan ombak pantai seakan memanjakan mata Naswa. Dia terlihat berlari ke sana ke mari sambil sesekali bermain pasir.

 

Setelah letih bermain pasir, Naswa menghampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk di atas tikar. Naswa lalu membuka bekal yang dibawanya dari rumah. Saking capek dan laparnya, Naswa pun langsung membuka plastik pembungkus bekal dan membuangnya begitu saja.

 

“Mbak Nawa, kok plastiknya dibuang sembarangan?” tanya sang Ayah.

 

“Dekat sini gak ada tempat sampah, Ayah,” jawab Naswa.

 

“Kan bisa disimpan dulu di kresek. Nanti baru dibuang kalau sudah menemukan tempat sampah,” tukas Ibu.

 

“Malas, ah. Lagian kan di sini ada mereka yang lagi bersihin sampah!” sahut Naswa sambil menunjuk sekumpulan petugas kebersihan yang membersihkan sampah di sekitar bibir pantai.

 

Sang ibu pun tersenyum singkat. “Naswa sayang, kamu masih ingat tidak nasihat Bu Guru sebelum kamu libur?”

 

Naswa pun mencoba mengingat-ingat,”Hem…., muslim yang baik itu adalah muslim yang saling menghargai sesamanya. Itu bukan, Bu?”

 

“Tepat sekali, sayang. Nah, menghargai pekerjaan orang lain itu juga salah satu bentuk saling menghargai, lho.”

 

“Kan memang tugas bapak-bapak itu membersihkan sampah yang ada di sini, Bu?” ujar Naswa sambil menunjuk lagi ke arah para petugas kebersihan.

 

“Betul sayang, karena itu, hargai pekerjaan mereka dengan meringankan beban kerjanya. Meski hanya satu kresek sampah yang kita buang ke tempat sampah. Itu sudah cukup menghargai pekerjaan mereka,” jelas sang ibu.

 

“Iya sayang, coba Ayah tanya. Ayah kasih kamu uang, tapi kamu harus membersihkan sampah kayak mereka?” ucap sang Ayah menyeletuk.

 

Gak mau ah… capek, kepanasan, harus dorong gerobak,” jawab Naswa.

 

“Nah, tuh kan. Karena itu, jika kita memang tidak mampu melakukan pekerjaan mereka, maka hargai pekerjaan mereka. Selagi pekerjaan itu halal dan bermanfaat bagi semua manusia, insya Allah itu juga bernilai ibadah bagi mereka. Coba bayangkan, jika di pantai ini tidak ada petugas kebersihan seperti mereka, akan sekumuh apa pantai kita?” Tandas Ayah.

 

Setiap orang punya potensi berbeda-beda dalam profesinya. Kita tidak bisa memvonis bahwa profesi yang ditekuni orang lain itu mudah. Seseorang yang berprofesi sebagai pimpinan perusahaan, pengacara, dokter, perawat atau bahkan presiden sekalipun hampir pasti tidak bisa melakukan pekerjaan sesempurna mereka yang berprofesi sebagai juru masak, petugas parkir, bahkan penyedia jasa potong rambut. Semua punya kompetensinya sendiri-sendiri yang tidak bisa dikerjakan oleh orang yang beda profesinya. 

 

Karena itu, melatih anak menghargai profesi orang lain harus dilakukan sejak dini. Latih anak untuk tidak menganggap remeh pekerjaan orang lain, meski pekerjaan itu terkesan sepele. Untuk memberi pemahaman agar anak, maka kita sebagai orangtua mesti menanamkan pada anak tentang pentingnya profesi orang lain tersebut. Seperti ada kisah di atas. Sang ayah memberi pengandaian jika tidak ada petugas kebersihan di pantai. Pun demikian dengan di lingkungan rumah. Jika tidak ada petugas kebersihan yang rajin mengambil sampah di depan rumah kita, tentu halaman rumah kita akan menjadi gunung sampah. Dua hari saja petugas kebersihan tidak melintas, pasti kita sudah merasakan efeknya.

 

Demikian pula dengan profesi lain, seperti penjual sayur, loper koran, penambal ban, dan sebagainya. Tanamkan pula pada anak bahwa inti dari semua pekerjaan adalah sama-sama beribadah dan untuk mencari nafkah, tidak membedakan tempat, jenis pekerjaan, dan nilai gaji pekerjaan, karena yang membedakan adalah niat dan kebaikan dari pekerjaan tersebut. Wallahu a’lam bishawab.

 

M. Ridwan, Pecinta dunia anak, tinggal di Yogya

Foto MSN.com

Powered by Blogger.
close