Apa Legacy Anda?

Oleh : Jamil Azzaini

Bila kelak kita meninggal, kira-kira berapa lama nama kita diingat oleh generasi setelah kita? Satu tahun? Sepuluh tahun? Seratus tahun? Atau seribu tahun? Atau jangan-jangan beberapa bulan setelah dimakamkan, sudah tidak diingat oleh banyak orang.

Kita perlu belajar dengan Usman bin Affan, seorang pebisnis kaya raya di masa Rasulullah. Berbagai kisah menarik dari laki-laki yang juga pernah menjadi khalifah ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Salah satu kisahnya adalah saat kota Madinah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi yang diberi nama sumur Raumah. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari orang Yahudi tersebut.

Melihat kondisi umatnya, Rasulullah saw bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Mendengar hal itu, Utsman bin Affan, kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi orang Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya dengan mengatakan “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari”

Utsman bin Affan yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.  Ia bernegosiasi dengan memberi tawaran “Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu?”

Orang Yahudi yang kebingungan itu membalas “Maksudmu?”  Dengan sigap Usman bin Affan menjelaskan “Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?”

Orang Yahudi itupun berfikir “saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman bin AffanSaat giliran sumur milik Utsman, Ia pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah untuk mengambil kebutuhan air mereka secara cuma-cuma (gratis). Utsman bin Affan juga mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan harinya, orang Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham (1,6 milyar rupiah, dimana 1 dirham perak saat ini setara dengan Rp 80.543), maka sejak saat itu, sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh. Apakah Utsman bin Affan menjadikan sumur itu sebagai lahan bisnis? Ternyata Tidak, ia wakafkan sumur itu untuk dimanfaatkan siapapun termasuk orang Yahudi pemilik sebelumnya.

Setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga menjadi kebun kurma dengan 1.550 pohon.

Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma tersebut, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di bawah pengawasan Departeman Pertanian.

Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi di Madinah. Hotel bintang 5 dengan 15 lantai dengan lebih dari 200 kamar itu tentu sangat menguntungkan. Hasil keutungan tersebut sebagian digunakan untuk membantu orang miskin, sebagian lagi diinvestasikan dalam kegiatan bisnis.

Bermula dari sumur, Utsman bin Affan bisa membantu banyak orang dan bertahan hingga 1.400 tahun lebih.  Bukan hanya itu, ia juga kini memiliki kebun kurma dan hotel yang hasilnya untuk kemanfaatan banyak orang. Utsman bin Affan telah meninggalkan legacy yang manfaatnya tiada henti hingga kini?

Apa kira-kita legacy kita? 

Legacy membuat hidup kita punya arti.

Jamil Azzaini, Penulis Buku dan Motivator SuksesMulia

Sumber : www.jamilazzini.com

Foto : https://www.aamftfoundation.org/

Powered by Blogger.
close