Membaca Secara Mendalam, Bukan Membaca Cepat

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

 

Salah satu kebiasaan penting dalam membaca adalah mencerna isi bacaan secara mendalam. Ini dapat dilakukan dengan membaca secara seksama, tartil, tidak tergesa-gesa. Akan lebih baik lagi jika kegiatan membaca tersebut disertai dengan menulis catatan pinggir (hasyiah), salah satu tradisi para ulama yang sangat berharga. Catatan pinggir tersebut dapat berubah komentar, kesimpulan atau sekedar penulisan butir-butir penting dari bacaan di buku tersebut.

 

Kegiatan menulis yang menyertai membaca juga bisa dalam bentuk menulis ringkasan (mukhtashar). Ini merupakan keterampilan tersendiri yang memerlukan penguasaan atas apa yang telah dibaca. Jika seseorang membaca hanya untuk menyerap informasi, dia akan sulit membuat rangkuman, sulit pula menulis komentar ringkas maupun kesimpulan. Ketiga hal tersebut merupakan kegiatan berbeda. Merangkum itu menuliskan secara ringkas pokok-pokok isi bacaan secara keseluruhan. Menyimpulkan itu dapat meliputi pernyataan ringkas yang disertai penentuan sikap, pengambilan keputusan, melakukan deduksi dengan terutama menggali alasan penting dari bacaan tersebut, hingga menyatakan pendapat atas isi bacaan. Sedangkan komentar lebih banyak memuat penilaian dan pendapat mengenai isi tulisan maupun cara penyajian buku. Ketiganya sangat bermanfaat dalam membaca.

 

Catatan pinggir dapat menghubungkan berbagai hal yang ada di dalam bacaan tersebut dengan tulisan lain, mengaitkan dengan persoalan yang sedang terjadi (connecting to the world) maupun berisi muqaranah (pembandingan secara ilmiah dan komprehensif). Yang terakhir ini, yakni muqaranah, juga merupakan salah satu kebiasaan yang sangat bagus dari para ulama sebelum memutuskan satu perkara.

 

Berbeda dengan membaca secara mendalam, membaca cepat (speed reading) hanya bermanfaat untuk meraup informasi (grabbing information). Ini dapat kita lakukan untuk buku yang hanya berisi informasi umum secara sekilas. Tetapi untuk buku-buku ilmiah, terlebih yang bersifat pemikiran, membaca cepat sangat rawan menjatuhkan kita pada salah kesimpulan disebabkan tidak matangnya pemahaman. Membaca jenis ini jika hanya untuk menilai sekilas sebelum memutuskan membaca atau membeli, tidak masalah. Tetapi jika untuk menyerap isinya, justru rawan mendangkalkan pengetahuan dan pemahaman anak.

 

Apakah tidak boleh membaca cepat? Boleh, tetapi bukan untuk mengkaji. Di antara keperluan membaca cepat adalah untuk menyegarkan kembali ingatan, khususnya terhadap buku atau tema yang memang sudah sangat akrab. Orang yang ahli dalam suatu bidang, dapat melakukan speed reading (membaca cepat) untuk menjaga dan menguatkan ingatan. Membaca cepat merupakan cara muraja’ah.

 

Sekedar catatan: bedakan antara membaca cepat dengan orang yang memang cenderung cepat dalam membaca disebabkan sangat biasa membaca, luas pula pengetahuannya. Meskipun demikian, yang terbiasa cepat dalam membaca bukan karena melakukan speed reading (membaca cepat), sekali waktu tetap perlu meluangkan waktu khusus untuk membaca secara lebih pelan dan menuliskan catatan di tiap-tiap bagian atau pada bagian yang penting.

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Penulis: Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku Segenggam Iman Anak Kita

Powered by Blogger.
close