Membaca Secara Mendalam, Bukan Membaca Cepat
Salah satu kebiasaan penting dalam membaca adalah mencerna isi bacaan
secara mendalam. Ini dapat dilakukan dengan membaca secara seksama, tartil,
tidak tergesa-gesa. Akan lebih baik lagi jika kegiatan membaca tersebut
disertai dengan menulis catatan pinggir (hasyiah), salah satu tradisi para
ulama yang sangat berharga. Catatan pinggir tersebut dapat berubah komentar,
kesimpulan atau sekedar penulisan butir-butir penting dari bacaan di buku
tersebut.
Kegiatan menulis yang menyertai membaca juga bisa dalam bentuk
menulis ringkasan (mukhtashar). Ini
merupakan keterampilan tersendiri yang memerlukan penguasaan atas apa yang
telah dibaca. Jika seseorang membaca hanya untuk menyerap informasi, dia akan
sulit membuat rangkuman, sulit pula menulis komentar ringkas maupun kesimpulan.
Ketiga hal tersebut merupakan kegiatan berbeda. Merangkum itu menuliskan secara
ringkas pokok-pokok isi bacaan secara keseluruhan. Menyimpulkan itu dapat
meliputi pernyataan ringkas yang disertai penentuan sikap, pengambilan
keputusan, melakukan deduksi dengan terutama menggali alasan penting dari
bacaan tersebut, hingga menyatakan pendapat atas isi bacaan. Sedangkan komentar
lebih banyak memuat penilaian dan pendapat mengenai isi tulisan maupun cara
penyajian buku. Ketiganya sangat bermanfaat dalam membaca.
Catatan pinggir dapat menghubungkan berbagai hal yang ada di dalam
bacaan tersebut dengan tulisan lain, mengaitkan dengan persoalan yang sedang
terjadi (connecting to the world)
maupun berisi muqaranah (pembandingan secara ilmiah dan komprehensif). Yang
terakhir ini, yakni muqaranah, juga merupakan salah satu kebiasaan yang sangat
bagus dari para ulama sebelum memutuskan satu perkara.
Berbeda dengan membaca secara mendalam, membaca cepat (speed reading) hanya bermanfaat untuk
meraup informasi (grabbing information). Ini dapat kita lakukan untuk buku yang
hanya berisi informasi umum secara sekilas. Tetapi untuk buku-buku ilmiah,
terlebih yang bersifat pemikiran, membaca cepat sangat rawan menjatuhkan kita
pada salah kesimpulan disebabkan tidak matangnya pemahaman. Membaca jenis ini
jika hanya untuk menilai sekilas sebelum memutuskan membaca atau membeli, tidak
masalah. Tetapi jika untuk menyerap isinya, justru rawan mendangkalkan
pengetahuan dan pemahaman anak.
Apakah tidak boleh membaca cepat? Boleh, tetapi bukan untuk mengkaji.
Di antara keperluan membaca cepat adalah untuk menyegarkan kembali ingatan,
khususnya terhadap buku atau tema yang memang sudah sangat akrab. Orang yang
ahli dalam suatu bidang, dapat melakukan speed reading (membaca cepat) untuk
menjaga dan menguatkan ingatan. Membaca cepat merupakan cara muraja’ah.
Sekedar catatan: bedakan antara membaca cepat dengan orang yang
memang cenderung cepat dalam membaca disebabkan sangat biasa membaca, luas pula
pengetahuannya. Meskipun demikian, yang terbiasa cepat dalam membaca bukan
karena melakukan speed reading
(membaca cepat), sekali waktu tetap perlu meluangkan waktu khusus untuk membaca
secara lebih pelan dan menuliskan catatan di tiap-tiap bagian atau pada bagian
yang penting.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis: Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku Segenggam Iman Anak Kita
Post a Comment